Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
ADVERTISEMENT
Praktik penyedia jasa pacar sewaan atau rental pacar ternyata mulai lumrah ditemui di Jakarta . Penyedia jasa mematok tarif puluhan ribu untuk sekadar jasa mengirim foto atau PAP (post a picture), hingga ratusan ribu untuk menemani 'pacaran' beberapa jam saja.
ADVERTISEMENT
Jasa sewa pacar ini dinilai sebagai cara instan bagi para pengguna jasa khususnya anak muda atas keresahan atau masalah yang mereka hadapi.
"Salah satunya kebutuhan untuk being relate to another person. Kalau kecil dengan orang tua, pengasuh kita, seiring berjalan umur kebutuhan nggak cuma orang tua saja, tapi kita proyeksikan dengan orang-orang di sekitar kita," kata Reynitta kepada kumparan, Kamis (27/10/2022).
"Salah satu perasaan itu bisa muncul ketika kebutuhan psikologis terutama kebutuhan berhubungan dengan orang lain karena kita makhluk sosial. Kebutuhan itu yang mungkin kurang terpenuhi di beberapa orang yang akhirnya butuh penyewaan ini," lanjutnya.
Perasaan kesepian juga jadi salah satu faktor hadirnya pacar sewaan. Situasi ini membuat orang ingin untuk ditemani, karena secara psikologis belum tentu apa yang ada di sekelilingnya memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial.
ADVERTISEMENT
"Perasaan kesepian tak terbentuk di satu negara saja. Di Jepang banyak didengar. Di Indonesia juga banyak yang kesepian. Bisa dimiliki siapa saja, di mana saja, umur berapa pun," katanya
"Orang bisa merasa kesepian ketika dia berada di tengah-tengah teman yang sangat banyak. Perasaan kesepian itu bisa kita miliki sifatnya itu ada di bawah alam bawah sadar. Kita nggak bisa menilai orang yang banyak temannya tidak kesepian. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi timbulnya rasa kesepian," sambung Reynitta.
Memenuhi ekspektasi orang lain juga bisa jadi faktor seseorang menggunakan jasa pacar sewaan. Tuntutan terhadap seseorang untuk memiliki pasangan dari keluarga atau teman sekitar, menyebabkan jasa sewa pacar jadi cara instan.
"Mungkin ada ekspektasi yang ditujukan kepada orang tersebut. 'Sehingga aku merasa lebih aman kalau ke kawinan bawa pacar,' kalau ke pertemuan keluarga bawa pacar biar nggak ditanya-tanya terus misalnya," tutur Reynitta.
Saat ditanya terkait perbedaan pacar sewaan dengan fenomena serupa seperti open booking (BO), friends with benefits (FWB), prostitusi online atau mencari seseorang via dating apps, Reynitta menjelaskan bahwa perbedaan terlihat dari adanya kontak secara seksual atau tidak.
ADVERTISEMENT
"Perbedaannya antara berkaitan kegiatan seksual dan tidak, ya, untuk saat ini. Ini kan baru mencuat, ya. Yang baru aku tau dari chatting curhat per jam emang ada bayarannya. Tapi ada nggak kemungkinan mengarah ke kegiatan seksual? Tapi selama itu tidak ada, artinya ada batasannya ya," jelasnya.
Sementara itu, 52 persen masyarakat Indonesia mengaku mengalami gejala gangguan kesehatan mental seperti yang diungkap survei Populix pada 16-17 September 2022. Faktor kesepian menjadi pemicu kedua terhadap gangguan mental masyarakat Indonesia dengan persentase 46 persen.
Solusi Instan
Reynitta berulang kali menyebut bahwa praktik jasa sewa pacar ini sebagai solusi instan terhadap masalah yang dihadapi seseorang. Praktik ini tidak benar-benar menyelesaikan masalah.
"Itu bukan satu solusi untuk jangka panjang. Aku punya tanggung jawab untuk mencarikan solusi jangka panjang, nggak bisa menyarankan itu secara profesional. Menargetkan akar masalahnya, dari situ baru kita mengubah pola mental yang merugikan psikologis," katanya.
"Cari akarnya kenapa kita butuh orang untuk dengerin kita? Kenapa kita belum menemukan orang yang tepat untuk mengisi kesepian ini? Dalam hal ini aku ingin meng-encourage orang-orang yang punya masalah ke dirinya sendiri harus bisa introspeksi sendiri," sambung Reynitta.
ADVERTISEMENT
Reynitta mendorong orang yang memiliki masalah kesepian atau kebutuhan akan orang lain agar dapat mencari solusi yang lebih jangka panjang.
Pada akhirnya, fenomena pacar sewaan berpotensi terus tumbuh dan berkembang, apalagi di kota yang super sibuk seperti Jakarta. Di sisi lain, solusi jangka panjang perlu terus dikedepankan untuk mengatasi gangguan mental. Termasuk memudahkan setiap warga negara untuk mendapatkan akses ke psikolog atau psikiater.