Feri Amsari: Pilkada Lagi bila Kotak Kosong Menang, Rekayasa Koalisi Besar

11 September 2024 16:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menurunkan kotak suara pemilu 2024 saat tiba di Gudang Logistik KPU Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/10/2023).  Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menurunkan kotak suara pemilu 2024 saat tiba di Gudang Logistik KPU Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Sabtu (28/10/2023). Foto: Novrian Arbi/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komisi II dan KPU sepakat menggelar Pilkada lagi tahun depan bila kotak kosong menang dalam Pilkada 2024. Di Pilkada serentak tahun ini, ada 41 daerah yang calon kepala daerahnya hanya satu pasang sehingga akan melawan kotak kosong.
ADVERTISEMENT
Pengamat Hukum Tata Negara Universitas Andalas Feri Amsari menilai rencana tersebut membuat pelaksanaan Pemilu 2024 menjadi tidak sederhana seperti yang direncanakan sejak awal. Selain itu juga membuang banyak anggaran.
"Lah, ngapain harus pemilu ulang tahun besok, katanya mau serentak untuk menyederhanakan proses. Nah, padahal dengan pemilu satu tahun berikutnya kalau kotak kosong menang itu kan merugikan anggaran," ujar Feri dalam keterangannya, Rabu (11/9).
Menurut Feri sebenarnya partai politik memiliki peluang untuk mengusung calon alternatif karena ada Putusan MK 60 dan UU 10/2016, sehingga tidak perlu ada calon tunggal yang melawan kotak kosong. Ia pun menduga ini memang ada kesengajaan dari parpol dan KPU.
"Komisi II malah kemudian membiarkan KPU bermain mata agar kotak kosong bisa ada. Kan ini tidak sehat ngapain harus memubazirkan dana besar-besaran sementara kita ketahui peluang kotak kosong itu besar untuk menang. Jadi ini rekayasa saja supaya memenangkan kepentingan koalisi partai yang lebih besar," tuturnya.
Seorang warga binaan memasukan surat suara Pemilu 2024 kedalam kotak suara di TPS khusus Lapas Salemba, Jakarta, Rabu (14/2/2024). Foto: Erlangga Bregas Prakoso/ANTARA FOTO
Pemilu lagi setelah kotak kosong juga tidak menjamin akan ada lebih dari satu calon dalam pemungutan suara tersebut. Bisa jadi calonnya masih tunggal sehingga akan kembali melawan kotak kosong.
ADVERTISEMENT
"Kalau tahun depan kotak kosong menang lagi, ya, sekali lagi kita bertele-tele dalam berdemokrasi. Kita ketahui demokrasi itu harus ada kompetisi supaya bisa dipilih lalu kenapa harus diulang-ulang untuk hanya sekadar kotak kosong. Ini permainan sekali lagi," tuturnya.
Jika itu benar terjadi, Feri menduga ada permainan dari partai politik. Sebab kotak kosong tidak mungkin bisa melakukan kampanye hingga mampu menang.
"Hampir bisa dikatakan kotak kosong itu tidak akan bisa bertahan lama apalagi Pilkada. Karena satu merugikan pihak-pihak dan dia tidak bisa memperjuangkan dirinya. Bagaimana dia bisa memperjuangkan dirinya dua kali gitu, ya. Itu akal-akalan partai politik saja," ungkap Feri.