Festival Gandrung Sewu Banyuwangi Jadi Ajang Memajukan Budaya Daerah

11 Oktober 2019 15:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi.  Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
zoom-in-whitePerbesar
Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi. Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
ADVERTISEMENT
Festival Gandrung Sewu yang rutin digelar tiap tahun di Banyuwangi telah menjadi ikon daerah tersebut. Ribuan penari yang beraksi di tepi Pantai Marina Boom berlatar Selat Bali selalu mengundang minat ribuan wisatawan saban tahunnya.
ADVERTISEMENT
Selain menjadi atraksi wisata yang memukau, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Festival Gandrung Sewu juga mampu memproduksi pengetahuan budaya khususnya bagi generasi muda.
”Idealnya, sebuah festival bukan semata-mata memproduksi produk seni-budaya, tapi juga harus mampu memproduksi pengetahuan budaya. Inilah yang kami ikhtiarkan di Banyuwangi. Jadi festival bukan hanya atraksi wisata, tapi juga bagian integral dari upaya pemajuan kebudayaan,” ujar Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Jumat (11/10).
Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi. Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
Terkait Festival Gandrung Sewu, kata Anas, dari aspek pariwisata telah terbukti terus meningkat kualitasnya sehingga ditetapkan sebagai 10 Best Calendar of Event pariwisata Indonesia.
Pada saat bersamaan, Festival Gandrung Sewu memproduksi pengetahuan budaya melalui serangkaian workshop, latihan, diskusi tema, hingga seleksi penari-penari baru yang melibatkan ribuan anak muda Banyuwangi.
ADVERTISEMENT
”Tahun ini, misalnya, dari 1.300 seniman muda yang terlibat di Festival Gandrung Sewu, 60 persen di antaranya adalah penari baru. Artinya ada proses regenerasi. Selama proses persiapan, mereka ikut workshop, latihan, diskusi-diskusi, nah dari sanalah pengetahuan budaya diproduksi dan didistribusikan untuk anak-anak muda dengan melibatkan seniman, budayawan, komunitas sanggar seni, hingga guru-guru,” ujarnya.
Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi. Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
Selain kepada anak-anak muda pelaku seni, produksi pengetahuan budaya juga menyasar khalayak umum lewat berbagai saluran. ”Termasuk nanti pas pelaksanaan, ada pengetahuan yang bisa disimak melalui sendratari dan beragam materi promosi. Jadi kita harapkan, festival bukan hanya berdampak pada ekonomi, tapi juga peningkatan pengetahuan budaya warga,” jelas Anas.
Anas menambahkan, sesuai Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan, Obyek Pemajuan Kebudayaan harus dilakukan inventarisasi, pengamanan, pemeliharaan, dan penyelamatan. Obyek pemajuan kebudayaan sendiri terdiri atas sepuluh hal, mulai tradisi lisan, adat istiadat, manuskrip, permainan rakyat, olahraga tradisional, pengetahuan tradisional, teknologi tradisional, seni, bahasa, hingga ritus.
Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi. Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi
ADVERTISEMENT
”Di Banyuwangi, berbagai obyek pemajuan kebudayaan itu dirayakan dalam berbagai festival sepanjang tahun, salah satunya Festival Gandrung Sewu. Jadi festival bukan semata-mata peristiwa pariwisata, tapi juga bagian dari formula baru kerja kebudayaan untuk mendorong pemajuan kebudayaan,” jelasnya.
Ketua Panitia Festival Gandrung Sewu Budianto menambahkan, aksi kolosal ribuan penari Gandrung tahun ini bertema ”Panji-Panji Sunangkoro” yang dibalut dalam sendratari berkisah perjuangan heroik rakyat Blambangan melawan kolonialisme Belanda.
”Digelar rutin sejak delapan tahun terakhir, Festival Gandrung Sewu tiap tahunnya mengangkat tema berbeda. Regenerasi pelaku seni hingga produksi pengetahuan budaya berlangsung dalam proses itu,” ujarnya.