Filipina Darurat Militer, Apa Kabar 7 WNI yang Disandera?

24 Mei 2017 12:53 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:16 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Polisi Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
Presiden Rodrigo Duterte menerapkan darurat militer di Mindanao menyusul baku tembak ISIS dan tentara di kota Marawi. Di tengah ketegangan di Filipina selatan itu, ada 7 warga negara Indonesia yang saat ini masih disandera.
ADVERTISEMENT
Ketujuh WNI yang disandera adalah para nelayan yang kapal penangkap ikannya dibajak di perairan Sabah, Malaysia, pada akhir 2016 dan awal 2017. Mereka diduga kuat disandera oleh kelompok Abu Sayyaf untuk mendapatkan tebusan uang.
Status darurat militer yang bertujuan memberantas teroris dikhawatirkan berdampak pada keselamatan ketujuh sandera tersebut.
Menurut Direktur Perlindungan WNI di Kementerian Luar Negeri Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal, ketujuh WNI itu dalam keadaan baik. Iqbal juga menjawab keresahan soal dampak darurat militer terhadap para sandera.
"Sejauh ini tujuh sandera dalam keadaan baik. Komunikasi dan upaya pembebasan terus berlangsung. Harapan kita status martial law di Mindanao ini tidak mempengaruhi kondisi para sandera WNI," kata Iqbal, Rabu (24/5).
ADVERTISEMENT
Polisi Filipina di Marawi (Foto: Reuters/Romeo Ranoco)
Darurat militer diterapkan setelah pertempuran sengit terjadi di kota Marawi sejak Selasa sore waktu setempat. Kelompok Maute yang berafiliasi dengan ISIS menguasai beberapa jalanan di kota itu, termasuk rumah sakit dan membakar penjara.
Duterte yang saat ini berada di Moskow, Rusia, menetapkan darurat militer di Mindanao dan mempercepat kunjungan luar negerinya.
Iqbal mengatakan, secara umum kondisi Mindanao normal. Sementara Marawi yang merupakan tempat terpanas saat ini bukan konsentrasi WNI.
Kepada para WNI di Filipina, Iqbal mengimbau untuk tetap waspada.
"Sejak beberapa bulan lalu KJRI Davao sudah mengeluarkan seruan kepada WNI di Filipina selatan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap situasi keamanan. Seruan tersebut belum dicabut," tegas Iqbal.
ADVERTISEMENT