Fitri, Bayi Orang Utan di Taman Safari yang Lahir saat Pandemi

25 Mei 2020 22:49 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Orangutan dan anaknya yang lahir di tengah pandemi. Foto: Dok. KLHK
zoom-in-whitePerbesar
Orangutan dan anaknya yang lahir di tengah pandemi. Foto: Dok. KLHK
ADVERTISEMENT
Kabar baik datang dari lembaga konservasi (LK) Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua. Bertepatan dengan momentum Hari Keanekaragaman Hayati Dunia 22 Mei dan Idul Fitri, bayi orang utan betina lahir di masa pandemi corona.
ADVERTISEMENT
"Alhamdulillah, di hari bahagia Idul Fitri sekaligus prihatin dengan situasi pandemi COVID-19, telah lahir jam 05.00 WIB, bayi orang utan betina,” ungkap Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya, Senin (25/5).
"Bayi orang utan ini merupakan orang utan Kalimantan (Pongo pygmaeus) dari induk Evi dan jantan Ipung. Mengingat kelahirannya masih dalam suasana hari raya Idul Fitri, saya menamakan bayi orang utan ini dengan nama Fitri," lanjut Siti.
Kelahiran Fitri melengkapi kebahagiaan di Taman Safari, karena pada 28 April lalu, seekor anak gajah juga lahir. Anak gajah tersebut diberi nama Covid lantaran lahir saat dunia mengalami pandemi COVID-19.
Seekor bayi orangutan (pongo abelli) yang berhasil diselamatkan dari perdagangan gelap bermain di Klinik Satwa BBKSDA Riau di Pekanbaru, Riau, Sabtu (21/3). Foto: ANTARA FOTO/Rony Muharrman
Ada sejumlah satwa yang lahir di TSI Cisarua selama penutupan Lembaga Konservasi dan berlangsungnya Penerapan Sosial Berskala Besar (PSBB). Antara lain, Gajah Sumatera dan Gembira Loka Yogyakarta, komodo (12 ekor), burung Kasturi Raja (1 ekor), orang utan Fitri, Tarsius (1 ekor) di Faunaland Ancol, Kasuari (3 ekor) di R Zoo and Park di Sumatera Utara, serta satwa lainnya seperti Jerapah, Zebra dan common marmoset.
ADVERTISEMENT
KLHK menilai pengelola telah menerapkan kesejahteraan satwa dengan baik, sehingga satwa dapat berkembang biak secara alami. Selain itu, KLHK juga menganggap pengelola telah menjalankan fungsinya sebagai tempat berkembang biak di luar habitat dengan mempertahankan kemurnian genetiknya.
Anak gajah di Indonesia yang lahir di tengah pandemi Foto: Dok. KLHK
"Diharapkan melalui program breeding terkontrol ini, program konservasi ex-situ link to in-situ bisa dijalankan dan pada akhirnya peningkatan populasi in-situ dapat tercapai," ujar Siti.
Di samping itu, Siti mengungkapkan, KLHK telah melepasliarkan 214.154 individu satwa ke habitat alaminya dari pusat rehabilitasi, pusat penyelamatan, dan unit konservasi satwa lainnya dalam periode tahun 2016-2020.
Menurut Siti, dalam konservasi satwa dilindungi, seluruh pihak penting untuk memperhatikan pengelolaan populasi spesies terisolasi, konektivitas kantung-kantung habitat satwa, dan penciptaan kantung-kantung baru. Ini untuk mendukung peningkatan populasi serta mengelola metapopulasi.
ADVERTISEMENT
"Untuk itu, saya sedang kembangkan kebijakan untuk mendorong adanya konektivitas kantung-kantung baru satwa melalui pengembangan sistem kawasan lindung yang mencakup areal yang bernilai konservasi tinggi di konsesi-konsesi sektor kehutanan dan perkebunan. KLHK telah mengidentifikasi ada 1,4 juta hektar area bernilai konservasi tinggi yang dapat masuk ke dalam sistem kawasan yang dilindungi," jelas Siti.
Orangutan dan anaknya yang lahir di tengah pandemi. Foto: Dok. KLHK
Siti menjelaskan, pada tingkat spesies, Indonesia telah menyusun peta jalan untuk memulihkan populasi 25 spesies target yang terancam punah. Melalui lebih dari 270 lokasi pemantauan, beberapa populasi spesies diyakini meningkat, seperti Jalak Bali, Harimau Sumatra, Badak Jawa, Gajah Sumatra, dan Elang Jawa.
Kemudian pada tingkat genetik, Indonesia telah mempromosikan bioprospeksi (bioprospecting) untuk keamanan dan kesehatan pangan, seperti Candidaspongia untuk anti-kanker, dan Gaharu untuk disinfektan, yang produksinya telah ditingkatkan selama pandemi COVID-19 ini.
ADVERTISEMENT
---
Simak panduan lengkap corona di Pusat Informasi Corona. Yuk! bantu donasi atasi dampak corona.