Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.97.0
![Ilustrasi pendaki Gunung Everest. Foto: AFP](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1558682976/wtrrwk6ysjn3uaei0say.jpg)
ADVERTISEMENT
Banyaknya pendaki yang ingin menuju ke Puncak Everest serta medan yang berat membuat banyak pendaki yang tewas. Cuaca buruk juga menjadi beban tambahan bagi pendaki.
ADVERTISEMENT
Cuaca buruk juga menyebabkan antrean panjang menuju puncak gunung tertinggi di Dunia. Sejak 20 Mei 2019 banyak pendaki mengantre menuju puncak sangat padat sehingga banyak pendaki yang kelelahan dan kehabisan oksigen.
Area menuju puncak tersebut sering disebut pendaki dengan "zona kematian" karena di area tersebut sangat minim oksigen sehingga mereka tidak bisa berlama-lama di puncak gunung.
Dilansir AFP, Salah satu pendaki yang selamat dari kemacetan di Everest adalah Ameesha Chauhan. Ameesha harus mendapatkan perawatan khusus karena kedinginan.
Ia berbaring di tempat tidurnya sambil mencelupkan kaki dan tangannya yang beku ke dalam larutan hangat di sebuah rumah sakit di Kathmandu.
Ameesha juga menyampaikan pendaki yang tidak memiliki keterampilan dasar harus dilarang mendaki Everest. Hal tersebut ia sampaikan untuk mencegah terulangnya musim mematikan tahun ini di puncak tertinggi dunia.
ADVERTISEMENT