Foto: Amerika Serikat Kembalikan Barang Antik Milik Kamboja yang Dijarah

10 Agustus 2022 7:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Amerika Serikat akan mengembalikan 30 barang antik milik Kamboja yang dijarah, termasuk patung perunggu dan batu dewa Buddha dan Hindu yang diukir lebih dari 1.000 tahun yang lalu.
ADVERTISEMENT
Situs arkeologi negara Asia Tenggara - termasuk Koh Ker, ibu kota kerajaan Khmer kuno - mengalami penjarahan yang meluas dalam konflik sipil antara 1960-an dan 1990-an. Pemerintah Kamboja sejak itu berusaha untuk memulangkan barang antik curian yang dijual di pasar internasional.
Dikutip dari Reuters, jaksa federal terkemuka di Manhattan, Damian Williams, mengatakan, barang-barang antik yang dikembalikan merupakan barang yang dijual ke pembeli Barat oleh Douglas Latchford, seorang pedagang Bangkok yang membuat dokumen palsu untuk menyembunyikan barang-barang itu telah dijarah dan diselundupkan.
Barang antik asal Kamboja yang disita oleh Kantor Kejaksaan AS di Manhattan, New York City, Amerika Serikat. Foto: Andrew Kelly/REUTERS
Williams mengatakan, barang antik termasuk patung batu pasir abad ke-10 yang menggambarkan dewa perang Hindu Skanda menunggangi burung merak, secara sukarela dilepaskan oleh museum dan kolektor pribadi AS setelah kantornya mengajukan klaim penyitaan sipil.
ADVERTISEMENT
Jaksa AS pada tahun 2019 mendakwa Latchford, seorang warga negara ganda Thailand dan Amerika Serikat, dengan penipuan dan penyelundupan atas dugaan penjarahan.
Barang-barang antik tersebut akan dipajang di Museum Nasional Kamboja di Phnom Penh.
Pada tahun 2014, jaksa federal mengembalikan Duryodhana, patung batu pasir abad ke-10 yang dijarah, ke Kamboja setelah diselesaikan dengan rumah lelang Sotheby's Inc, yang telah memperolehnya.
Tahun lalu, kantor kejaksaan Manhattan mengembalikan 27 barang antik yang dijarah ke Kamboja.
Petugas menyiapkan barang antik asal Kamboja yang disita oleh Kantor Kejaksaan AS di Manhattan, New York City, Amerika Serikat. Foto: Andrew Kelly/REUTERS
***