Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
ADVERTISEMENT
Sejumlah masyarakat di Kabupaten Mamasa berbondong-bondong mengangkat jenazah melewati pematang sawah untuk mengikuti ritual kematian Mangngaro.
ADVERTISEMENT
Mangangaro merupakan prosesi upacara kematian yang dilakukan masyarakat Mamasa di Kecamatan Nosu, Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat.
Ritual ini dimulai dengan mengeluarkan jasad para leluhur dari liang kubur yang bentuknya seperti Lumbung "Alang" dan Goa Tanah atau Batu Lokko. Setelah itu jasad tersebut dibungkus ulang "Dibalun" yang diawali dengan upacara pemotongan kerbau serta babi.
Jasad leluhur yang dikeluarkan "Diaro" dari kubur tersebut kemudian disemayamkan di tanah datar sekitar persawahan (Ratte) selama satu malam untuk proses membungkus ulang sebelum dimasukkan kembali ke dalam alang atau lokko.
Selanjutnya jasad leluhur tersebut diarak ke tenda yang dibangun untuk disemayamkan.
Arak-arakan menuju tenda diawali dengan barisan perempuan dengan pakaian adat lengkap sambil membentangkan kain merah yang disebut Ma’titting.
ADVERTISEMENT
Kemudian disusul dengan anggota keluarga lainnya, dan di barisan belakang adalah barisan jasad leluhur yang digotong kaum muda.
Setibanya di tenda, barisan mengitari tenda dengan berjalan berlawanan arah dengan jarum jam sebelum akhirnya para pembawa jenazah masuk ke dalam tenda.
ADVERTISEMENT
Setelah jasad leluhur diletakkan di tempat sesuai urutannya, maka kaum perempuan kemudian melakukan ratapan kematian.
Pada malam hari, sambil membungkus ulang jasad leluhur, kaum laki-laki di luar tenda melakukan ritual Ma’badong, sementara perempuan di dalam tenda melakukan ritual Ma’sailo.
Pada keesokan harinya kegiatan dilanjutkan dengan penyembelihan kerbau dan babi. Terakhir jasad diarak untuk dimasukkan kembali ke dalam liang Alang atau Lokko.