Foto: Raniero Mancinelli, Penjahit Jubah Putih Tiga Paus Terakhir

30 April 2025 18:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Raniero Mancinelli, penjahit jubah putih untuk tiga Paus terakhir, tidak menyia-nyiakan kesempatan saat ia mempersiapkan jubah putih yang dapat dikenakan oleh Paus baru yang dipilih selama konklaf minggu depan.
ADVERTISEMENT
Paus berikutnya masih menjadi misteri, hingga asap putih mengepul dari cerobong asap Kapel Sistina. Itu tandanya Mancinelli sedap mempersiapkan jubah putih berukuran kecil, sedang, dan besar yang dapat dikenakan dalam waktu singkat.
"Membuat tiga jubah ini, pada hari Paus akan naik ke balkon, saya pikir (salah satunya) akan pas, hampir pas, jika tidak sempurna," katanya.
Penjahit jubah pendeta Raniero Mancinelli sedang mengerjakan jubah kepausan putih di toko perlengkapan liturgi miliknya di dekat Vatikan, di Roma, Italia, Selasa (29/4/2025). Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
Mengenakan pita pengukur yang selalu setia di lehernya, Mancinelli mengatakan bahwa ia belum secara resmi ditugaskan oleh Vatikan. Namun ia sedang sibuk mempersiapkan pekerjaan bergengsi itu, mengerjakan mesin jahitnya dan menjahit jubah dengan tangan.
Mancinelli telah memiliki toko penjahitnya di lingkungan Borgo Pio, Roma, dekat dengan Vatikan, sejak tahun 1962 dan telah mengkhususkan diri dalam pakaian pendeta.
ADVERTISEMENT
"Saya mulai sebagai lelucon, tetapi kemudian saya menyukainya dan saya melakukannya sejak saat itu," katanya.
Foto penjahit jubah pendeta Raniero Mancinelli saat bertemu dengan Paus Yohanes Paulus II terlihat di toko perlengkapan liturgi miliknya di dekat Vatikan, di Roma, Italia, Selasa (29/4/2025). Foto: Guglielmo Mangiapane/REUTERS
"saya dapat melayani banyak pendeta selama bertahun-tahun, monsignor, uskup, dan banyak kardinal. Kemudian saya juga melayani tiga paus, membuat jubah putih, (untuk) Yohanes Paulus II, Benediktus, dan Fransiskus," tambahnya.
Gaya jubah yang dikenakan Fransiskus mencerminkan gayanya yang membumi. "Bagi Fransiskus, (jubah itu harus) tidak terlalu mahal, tidak berharga, tekstil biasa," katanya.
"Benediktus lebih menyukai kain yang lebih berharga, mulia, sedikit lebih berat dan lebih indah," jelasnya.