Foto: Sepetik Harapan Mantan Tahanan Politik di Pulau Buru

18 Mei 2019 10:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pantai Sanleko tempat mendaratnya para tahanan politik unit IV saat di buang di Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
zoom-in-whitePerbesar
Pantai Sanleko tempat mendaratnya para tahanan politik unit IV saat di buang di Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
ADVERTISEMENT
Diro Utomo, seorang pria yang berusia 83 tahun menjadi saksi kelamnya peristiwa pasca-G30S/PKI. Dalam kesaksiannya, ia menceritakan tersiksanya menjadi tawanan politik bersama ribuan tahanan lainnya yang dibuang di Pulau Buru, Maluku.
ADVERTISEMENT
Di Pulau Buru, ia ditempatkan di Unit XVIII. Tak ada alasan yang jelas mengapa ia ditangkap dan ditahan.
Pulau Buru menjadi tempat pemanfaatan (Tefaat) yang kemudian mengalami perubahan menjadi Inrehab (Instalasi Rehabilitas) untuk para tahanan politik. Mereka para tahanan dimanfaatkan untuk membangun kawasan persawahan.
Tidak semuanya 12 ribu tahanan politik yang dibawa ke Pulau Buru terkait dengan organisasi PKI. Banyak dari mereka yang difitnah, serta dituduh sebagai anggota PKI.
“Pada saat itu telunjuk lebih mematikan daripada senjata, seseorang yang tidak suka sama kita dengan mudahnya menunjuk kita sebagai PKI sehingga kita ditangkap dan dijadikan tahanan politik tanpa melalui proses pengadilan,” ujar Diro.
Tugu Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Hamparan sawah hasil kerja paksa para tahanan politik di Savana Jaya, Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Mantan tahanan politik Diro Utomo berladang di Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Mantan tahanan politik Diro Utomo (kiri) memeluk kawan senasibnya Slamet (kanan) di Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Foto mantan tahanan politik Solikhin memeluk istrinya sebelum ditangkap dan dibuang ke Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Selain Diro, ada cerita lain yang serupa. Solikhin, pria berusia 84 tahun ditangkap bersama istrinya pada pertengahan 1966 di Tasikmalaya.
ADVERTISEMENT
Alasan ia ditangkap karena di halaman rumahnya terdapat peta rencana penyerangan kantor polisi. Padahal ia tidak pernah tahu asal-usul peta tersebut.
Selama menjalani kerja paksa, para tahanan politik pun kerap mendapatkan kekerasan dari tentara yang mengawasi mereka.
“Boleh dibilang Pulau Buru ini dibangun dengan keringat dan air mata tahanan politik. Sehingga Buru kini telah menjadi lumbung padi di kawasan Indonesia Timur”, tutur Solikhin.
Mulai tahun 1972, banyak istri dan anak para tapol didatangkan dari Pulau Jawa sehingga setelah masa pembebasan pada tahun 1979 banyak para mantan tahanan politik lebih memilih menetap di Pulau Buru.
Mantan tahanan politik Solikhin berada didepan rumahnya di Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Foto hasil reproduksi empat tahanan politik saat melakukan panen padi di Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Anak mantan tahanan politik bekerja sebagai pegawai di SDN 1 Waepo, Savana Jaya, Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Kehadiran anak-anak tapol yang masih gadis pun menimbulkan benih-benih cinta dari para tahanan politik yang masih bujangan. Banyak dari mereka yang menikah dan memilih menetap di Buru.
ADVERTISEMENT
Seperti Sugito, pria kelahiran 1942 itu jatuh hati dengan seorang anak tahanan politik bernama Sugiharti yang akhirnya menikah pada masa tahanan politik 1978. Meski di akte pernikahannya tertulis pekerjaan seorang tahanan politik.
Selepas masa tahanan, para tahanan politik yang berada di Pulau Buru kini sudah hidup dengan tenang.
Mereka pun telah berbaur dengan para transmigran yang didatangkan dari Pulau Jawa. Walaupun sesekali ada saja yang menyebut mereka dengan cap "PKI".
Pascapemilu 2019, mantan tahanan politk berharap siapa pun presiden yang terpilih nanti dapat mengembalikan nama baik mereka dan keluarganya agar dapat hidup lebih aman dan tentram. Harapan tak terjadi lagi peristiwa yang pernah mereka rasakan pun terus terucap.
Foto hasil reproduksi pernikahan tahanan politik Sugito (kedua kiri) dan anak mantan tahanan politik Sugiharti (kedua kanan) pada tahun 1978 di Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Mantan tahanan politik Sugito (kanan) bersama istrinya Sugiharti yang juga anak mantan tahanan politik memilih menetap di Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A
Mantan tahanan politik Diro Utomo (kiri) dan anak dari tahanan politik Sugiharti (kedua kiri) melakukan pencoblosan saat Pemilu 2019 di Savana Jaya Pulau Buru, Maluku. Foto: ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A