Foto: Yahya Edward Hendrawan, Guru Ngaji Berkostum Badut yang Mengajar Anak-anak

11 Mei 2021 9:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Yahya Edward Hendrawan, merias wajah saat bersiap untuk berpakaian badut sebelum mengajar di Kota Tangerang, Banten. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Yahya Edward Hendrawan, merias wajah saat bersiap untuk berpakaian badut sebelum mengajar di Kota Tangerang, Banten. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
ADVERTISEMENT
Belajar Al-Quran tidak harus menjadi urusan yang serius, kata guru ngaji Yahya Edward Hendrawan, yang berpakaian badut untuk menginspirasi anak-anak agar lebih dekat membaca dan mengaji dengan ceria.
ADVERTISEMENT
Hendrawan merupakan guru di panti asuhan di Kota Tangerang, Banten. Dia mengenakan kostum badut warna-warni, lengkap dengan riasan wajah untuk mengajar membaca. 'Badut Syariah', begitulah julukannya. Kini, ia berfokus pada pelajaran Islam selama bulan Ramadhan.
Yahya Edward Hendrawan, merias wajah saat bersiap untuk berpakaian badut sebelum mengajar di Kota Tangerang, Banten. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
“Kalau kita minta anak mengaji agak susah. Tapi kalau ada badut, mereka merasa masuk kelas dengan maksud tertentu,” kata Hendrawan.
Pria berusia 38 tahun ini datang ke panti asuhan setiap hari selama bulan Ramadhan bersama putranya yang berusia lima tahun, Mirza, yang berpakaian badut juga.
Yahya Edward Hendrawan, melihat anaknya berpakaian badut sebelum mengajar. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Ayah dan anak ini biasanya menghabiskan waktu sekitar satu jam untuk merias wajah sebelum bertemu dengan anak-anak, termasuk yang berasal dari kelompok komunitas membaca.
Jalan Hendrawan untuk menjadi 'Badut Syariah' tidaklah mudah. Ayahnya, yang sudah meninggal dunia, tidak terima dengan metodenya, bahkan mengatakan kepada Hendrawan bahwa dia memalukan.
Yahya Edward Hendrawan menggunakan kostum badut dan putranya yang memakai kostum badut bersiap menuju tempat mengajar. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
"Perilakunya sangat menyakiti saya, rasanya hati saya diiris-iris," kata Hendrawan.
ADVERTISEMENT
Namun, dorongan dari pendiri panti asuhan membuat Hendrawan percaya diri untuk mengejar mimpinya mengajar sebagai badut.
Hendrawan sekarang mengambil pekerjaan hiburan paruh waktu dan memasukkan nilai-nilai agama dan program keaksaraan dalam penampilannya.
Yahya Edward Hendrawan menggunakan kostum badut dan putranya yang memakai kostum badut mengenedarai sepeda motor saat menuju tempat mengajar. Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Antusiasmenya untuk mengajar dan menghibur anak-anak telah membuatnya mendapat pujian dari orang tua yang anaknya mengikuti kelas bersama Hendrawan.
“Ia membantu anak-anak membangun minat baca, yang akan mengurangi waktu bermain dengan ponsel atau gadget, dan berdampak luar biasa pada perkembangan," kata Junaedi, orang tua dari anak yang mengikuti kelas membaca Hendrawan.
***