Gadis Penjual Gorengan di Sumbar Tewas Dibunuh: Ingin Kuliah dan Kerja Kantoran

10 September 2024 11:19 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Asril ayah kandung dari Nia Kurnia Sari (Nia) saat ditemui di rumahnya di Padang Pariamana, Selasa (10/9/2024). Foto: kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Asril ayah kandung dari Nia Kurnia Sari (Nia) saat ditemui di rumahnya di Padang Pariamana, Selasa (10/9/2024). Foto: kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kepergian Nia Kurnia Sari (18), gadis penjual gorengan keliling yang jasadnya ditemukan terkubur tanpa busana dan tangan terikat, membawa duka mendalam bagi keluarga.
ADVERTISEMENT
Nia adalah warga Padang Pariaman, Sumbar.
Ayah Nia, Asril, mengungkapkan bahwa anaknya merupakan sosok yang baik dan pekerja keras. Nia ingin kuliah dan bercita-cita ingin jadi pekerja kantoran.
Sebelum ditemukan tewas pada Senin (9/9), Nia sempat dikabarkan hilang pada Jumat (6/9). Saat mendengar anaknya hilang, Asril langsung pulang ke rumah. Sehari-hari Asril berdakwah ke luar kota, sehingga jarang di rumah.
"Saat peristiwa itu terjadi, saya sedang tidak berada di rumah, saya di Medan. Mendengar Nia hilang saya langsung berangkat menuju rumah," kata Asril kepada kumparan saat ditemui di rumahnya yang sederhana di Padang Pariaman, Selasa (10/9).
Begitu dia sampai rumah, justru kabar duka yang diterima. Asril begitu sedih, apalagi Nia meninggal dalam kondisi tak wajar.
ADVERTISEMENT
Asril mengenang sosok anak keduanya itu sebagai pekerja keras. Nia banting tulang menjual gorengan untuk biaya masuk perguruan tinggi. Nia ingin menjadi pekerja kantoran.
"Kepada saya, Nia mengatakan ingin jadi pekerja kantoran. Nia baru saja tamat sekolah di Institut National Safi'i (INS) Kayu Tanam dan ingin kuliah," kata Asril.
Keinginan itulah, lanjut Asril, yang membuat Nia sangat bersemangat menjajakan gorengan dari rumah ke rumah.
Gorengan yang dia jual itu bukan dibuat sendiri melainkan gorengan yang dibuat oleh orang lain dan Nia yang menjajakan.
"Hasil jualan gorengan dibagi dengan orang yang punya. Demi cita-cita meskipun sedikit hasil ia kumpulkan dan ia tabung," ucap Asril.
Menurutnya, hal yang membuat Nia tambah semangat mengumpulkan receh-receh adalah adanya bantuan Rp 1,5 juta untuk biaya masuk kuliah.
ADVERTISEMENT
"Ada yang membantu Nia sebanyak Rp 1,5 juta untuk biaya masuk kuliah. Iya bertambah semangat dengan bantuan itu, kumpulkan receh-receh," ungkap Asril.
Nia juga merupakan anak yang pintar. Selama sekolah, Nia selalu mendapat peringkat sehingga pihak sekolah juga menawarkan beasiswa untuk biaya perkuliahan.
"Namun ini takdir Allah, Nia telah wafat terlebih dahulu sebelum cita-citanya untuk jadi pekerja kantoran itu tercapai," kata Asril menahan tangis.