Gagal Capai Kesepakatan soal Pengungsi, PM Belanda Bakal Ajukan Pengunduran Diri

8 Juli 2023 6:37 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. Foto:  REUTERS / Eva Plevier
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. Foto: REUTERS / Eva Plevier
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Perdana Menteri Belanda, Mark Rutte, bakal mengajukan pengunduran diri. Dilansir Reuters, keputusan Rutte ini muncul setelah ia gagal mencapai kesepakatan soal kebijakan pembatasan imigrasi bagi anak-anak pengungsi perang yang hendak mencari suaka ke Belanda.
ADVERTISEMENT
"Bukan rahasia lagi bahwa mitra koalisi memiliki pendapat yang berbeda soal kebijakan imigrasi. Sayangnya, hari ini kami harus menyimpulkan bahwa perbedaan itu menjadi tak dapat diatasi. Oleh karena itu, saya akan mengajukan pengunduran diri seluruh kabinet kepada Raja [Willem-Alexander]," kata Rutte dalam konferensi persnya, Jumat (7/7) waktu setempat.
Rutte menjelaskan, setelah ia resmi mundur nanti, langkah selanjutnya adalah mengadakan pemilihan untuk mencari perdana menteri baru. Pemilu ini kemungkinan akan digelar pada musim gugur mendatang atau sekitar pertengahan November 2023.
"Ini adalah realitas politik yang sangat disesalkan," ucap Rutte.
Partai Kebebasan dan Demokrasi Rakyat (VVD), yang merupakan partai Rutte, awalnya mendorong agar aliran pencari suaka ke Belanda dibatasi. Usulan ini kemudian ditolak oleh dua dari empat partai koalisi pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Ketegangan soal isu pencari suaka ini memuncak pekan lalu saat Rutte menuntut dukungan untuk proposal pembatasan masuk anak-anak pengungsi perang yang sudah ada di Belanda, dan membuat keluarga mereka menunggu setidaknya dua tahun sebelum bisa bersatu. Pembicaraan terkait proposal ini berakhir buntu.
Hingga pemerintahan yang baru terbentuk, koalisi Rutte masih akan tetap memerintah dengan status pemerintah sementara. Pemerintahan sementara ini tak bisa memutuskan kebijakan baru, dan Rutte memastikan hal ini tak akan mempengaruhi dukungan Belanda untuk Ukraina.
PM Belanda, Mark Rutte Foto: REUTERS/Yves Herman
Belanda adalah salah satu negara yang punya kebijakan imigrasi terberat di Eropa. Di bawah tekanan partai sayap kanan, selama berbulan-bulan, Ruute berusaha mencari cara untuk mengurangi masuknya para pencari suaka.
Tahun lalu, permohonan suaka ke Belanda melonjak sepertiga hingga mencapai lebih dari 46 ribu orang. Jumlah ini diprediksi akan naik hingga 70 ribu di tahun 2023.
ADVERTISEMENT
Melonjaknya jumlah pencari suaka tak dibarengi dengan meningkatkan fasilitas suaka di negeri itu. Selama beberapa bulan di tahun 2022, ratusan pengungsi terpaksa tidur di tempat yang sulit dijangkau atau tanpa akses minum, fasilitas sanitasi, dan perawatan kesehatan.
Tahun lalu Rutte juga menyebut ia merasa "malu" dengan masalah ini. Apalagi setelah kelompok kemanusiaan Medecins sans Frontieres mengerahkan timnya ke Belanda untuk pertama kalinya agar bisa membantu kebutuhan medis para migran di pusat pemrosesan permintaan suaka.
Rutte berjanji ia akan memperbaiki kondisi tersebut dengan menambah fasilitas dan mengurangi jumlah pengungsi yang mencapai Belanda. Namun ia gagal mendapatkan dukungan dari mitra koalisi.
Sepanjang sejarah Belanda, Rutte adalah orang yang paling lama menduduki kursi perdana menteri, dengan menang empat kali berturut-turut. Ia diprediksi akan memimpin partai VVD lagi di pemilihan selanjutnya.
ADVERTISEMENT