Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Game of Thrones, Husky, dan Akhir Nasib Hewan Peliharaan
28 Agustus 2017 11:58 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Seperti halnya burung hantu dalam cerita fiksi Harry Potter, kehadiran direwolves dalam serial Game of Thrones mengilhami para penggemar film itu untuk mengadopsi anjing jenis husky. Hal ini yang membuat Peter Dinklage, bintang serial drama fantasi itu, mencemaskan nasib husky yang diadopsi oleh para penggemarnya.
ADVERTISEMENT
Kecemasan itu yang membuat Dinklage bekerja sama dengan People for the Ethical Treatment of Animals (PETA) untuk mengingatkan para penggemar serial 65 episode itu bahwa mengadopsi anjing berarti menjadikannya sebagai anggota keluarga.
“Kami mengerti bahwa karena besarnya popularitas direwolves, banyak orang yang membeli huskies. Ini tidak hanya menyakiti anjing liar yang ingin mendapat tempat di penampungan, tapi, ada laporan banyak husky yang ditelantarkan, yang sering terjadi karena memiliki anjing tanpa memahami kebutuhan mereka,” kata Dinklage seperti dilansir Telegraph, 15 Agustus lalu.
“Tolong, tolong, jika anda ingin membawa anjing ke keluarga anda, pastikan anda siap menghadapi tanggungjawab yang begitu besar dan ingat untuk selalu mengadopsinya dari tempat perlindungan,” sambungnya.
Para penggemar Game of Thrones diperingatkan untuk berhenti membeli husky setelah jumlah hewan tersebut yang terlantar melonjak delapan kali lipat sejak serial tv tersebut dimulai pada 2011.
ADVERTISEMENT
Padahal sebelum tayangan itu muncul, menurut badan amal untuk hewan di Inggris dan Wales yakni Blue Cross, jumlah husky yang ditelantarkan hanya 10 ekor per tahun. Namun, angka tersebut melonjak hingga 81 ekor, yang berarti mengalami peningkatan sekitar 700 persen.
Selama tahun 2017 ini Blue Cross mencatat sudah ada sedikitnya 29 husky yang ditelantarkan. Angka tersebut diperkirakan akan meningkat seiring dengan munculnya seri baru Game of Thrones.
“Sejumlah anjing yang ditinggalkan dan tidak diinginkan, termasuk husky dan malamutes, berakhir di Blue Cross telah meningkat dalam beberapa tahun terakhir,” ujar seorang juru bicara Blue Cross.
“Sebagian alasan kenaikannya adalah orang-orang tertarik oleh penampilan mereka yang mencolok--setelah melihat anjing itu di acara seperti Game of Thrones--dan membuat keputusan gegabah untuk mengambil anjing seperti jenis Siberian husky dan Alaskan malamute tanpa memikirkan bagaimana gaya hidup mereka sesuai dengan jenis mereka,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Dilansir Science Daily, para peneliti menggunakan data dari American Kennel Club, yang mengelola data registrasi anjing terbesar di dunia dengan jumlah lebih dari 65 juta anjing, dan menganalisis total 87 film yang menampilkan anjing. Mereka menemukan bahwa rilis film sering dikaitkan dengan peningkatan popularitas anjing jenis tertentu.
Selain itu, mereka menemukan bahwa perubahan tren itu berkorelasi secara signifikan dengan jumlah penonton selama akhir pekan ketika film dirilis. Hal ini menunjukkan bahwa menonton film dapat menyebabkan preferensi jangka panjang untuk jenis yang dapat diekspresikan bertahun-tahun kemudian, ketika saatnya tiba untuk membeli seekor anjing baru.
Harry Potter dan Game of Thrones hanya dua contoh kasus populer di mana cerita fiksi mempengaruhi para penggemarnya untuk memelihara hewan. Selain kedua cerita itu, ada pula cerita “Teenage Mutant Ninja Turtles”, “Babe”, “101 Dalmatian” dan “Finding Nemo”.
ADVERTISEMENT
Pada saat film “Teenage Mutant Ninja Turtles” mencapai kepopulerannya sekitar dekade 90-an, banyak kura-kura yang diambil untuk dipelihara. Ketika para pemiliknya mulai bosan, makhluk kecil itu dibuang begitu saja ke kolam atau danau.
Begitu juga film “Babe”. Pat Morrison, seorang kolumnis di Los Angeles, menulis bahwa tempat penampungan hewan di LA melihat kenaikan pelepasan hewan peliharaan setiap kali film hewan populer dirilis. Film “Babe” mendorong orang-orang mengadopsi babi, seperti dicatat dalam Huffington Post.
Ketika film “101 Dalmatians” dirilis pada 1996, permintaan masyarakat untuk memelihara anjing jenis dalmatians pun meningkat sampai 300 persen, seperti yang terjadi di Amerika Serikat. Para pendukung hak asasi manusia bekerja keras untuk memberikan pemahaman kepada calon pemilik hewan peliharaannya sehingga mencegah terjadinya pengadopsian yang buruk.
ADVERTISEMENT
Jumlah anak dalmatian yang diadopsi saat itu mencapai ribuan. Namun, seperti dicatat Forbes, malang nasib anjing-anjing itu ketika kepopuleran di filmnya beranjak surut. Tempat penampungan kembali dipenuhi dengan anjing yang tidak diurus pemiliknya.
Penjualan ikan badut atau yang dikenal dengan Nemo juga lepas landas mengikuti popularitas “Finding Nemo”. Muncul laporan tentang anak-anak yang melepaskan ikan badut mereka ke toilet sehingga mereka bisa dibebaskan ke laut--sebuah rencana yang, meski efektif dalam film, tidak berlaku untuk kehidupan nyata.
Padahal untuk memeliharan clownfish diperlukan setidaknya akuarium berukuran 20-30 galon untuk satu pasang ikan, dan diperlukan semua penyaringan, pencahayaan dan perlengkapan lainnya yang tepat untuk rumah clownfish.
Biaya rata-rata tangki starter kemungkinan akan lebih dari 200 dolar AS, tidak termasuk pemeliharaan dan pemberian mingguan. Clownfish adalah ikan air asin dan tidak bisa disimpan dalam akuarium kecil berbentuk mangkuk sebagaimana dalam film-film.
ADVERTISEMENT