Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Ganjar Sebut Politik Harus Rasional, Singgung Hoaks Jokowi PKI
11 Oktober 2023 13:55 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Bacapres, Ganjar Pranowo, menyebut iklim demokrasi yang baik dan rasional di Indonesia hanya dapat tercipta bila masyarakat menyampaikan sesuatu dengan didasarkan data, fakta, track record, dan juga konsistensi di masyarakat.
ADVERTISEMENT
Hal itu dikatakannya ketika mendapat pertanyaan soal kiat membangun iklim demokrasi yang baik dari salah seorang mahasiswa dari program studi Hubungan Internasional Universitas Parahyangan (Unpar).
"Politik itu mesti disampaikan secara rasional, ada data, ada fakta, ada track record dan ada ukuran konsistensi, maka rakyat kemudian menjadi rasional," kata Ganjar di Kampus Unpar, Kota Bandung, pada Rabu (11/10).
Ganjar lalu memberikan satu contoh adanya hoaks yang menyebut bahwa Presiden, Joko Widodo, nonmuslim dan terafiliasi PKI. Menurut dia, hal itu jadi salah satu contoh hoaks yang berkembang di masyarakat dan dipercayai sebagai sebuah kebenaran. Hal itu dipercayai sebagai kebenaran karena tak adanya pendidikan politik yang memaparkan fakta dan data ke masyarakat.
"Dulu, Pak, itu ada yang namanya tabloid Obor Rakyat, kalau masih inget. Di Obor Rakyat itu fitnahnya, Jokowi PKI, Jokowi nonmuslim lah, kira-kira begitu. Dan itu orang tahu secara rasional, kalau Jokowi PKI berarti kan dia PKI balita. Masih empat tahun waktu itu," jelas dia.
ADVERTISEMENT
"Jelas itu hoaks tapi dipercaya karena tidak rasional dan orang yang mengerti tidak membantu menjelaskan, maka tidak ada pendidikan politik," papar dia.
Maka dari itu, Ganjar menilai pendidikan politik dengan memaparkan data dan fakta menjadi suatu hal yang penting. Dahulu pun, ketika merantau ke Jakarta dan bergabung dengan PDI Perjuangan, Ganjar mengaku tugas pertama yang diterimanya dari partai yakni memberikan pendidikan politik.
"Disuruh ngajar, advokasi kelembagaan dan sebagainya dan akhirnya saya diminta mengajar tentang komunikasi politik. Maka pada saat itu yang kita lakukan adalah itu, membeberkan fakta dan data untuk menunjukkan, saya harus menyampaikan kepada publik," kata dia.
"Botol ini hijau tapi kemudian dalam politik praktis dikatakan bahwa botol ini putih dan semua mengamini itu putih dan akhirnya yang terjadi hoaks dan hoaks-nya dipercaya tanpa ada kelompok dari masyarakat yang punya kemampuan untuk menjelaskan dan melakukan koreksi," sambung dia.
ADVERTISEMENT