
Batalnya Indonesia menghelat Piala Dunia U-20 berimbas langsung ke elektabilitas Ganjar Pranowo . Pernyataan Gubernur Jawa Tengah itu, bahwa ia mendukung Piala Dunia U-20 di Indonesia tanpa keikutsertaan timnas Israel, dianggap menjadi salah satu pemicu.
Ganjar mengeluarkan pernyataan tersebut pada 23 Maret 2023—tiga hari usai surat penolakan Gubernur Bali I Wayan Koster terhadap timnas Israel beredar di tengah publik. Surat itu ditujukan Koster untuk Menpora Zainudin Amali.
Koster—yang kader PDIP—adalah satu dari enam kepala daerah di Indonesia yang menandatangani persetujuan sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20, sedangkan Ganjar tidak ikut menandatangani perjanjian itu.
Namun, Ganjar dimintai tolong PDIP ikut menyuarakan penolakan. Ia bahkan didatangi khusus oleh Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan Ketua DPP PDIP Prananda Prabowo—yang juga putra Megawati Soekarnoputri.
Maka, sesuai amanat partai, Ganjar mengikuti langkah Koster: menyatakan ketidaksetujuan atas kehadiran timnas Israel di Indonesia. Selang tiga hari, 26 Maret, FIFA mengumumkan pembatalan drawing (pembagian grup) yang mestinya berlangsung pada 31 Maret.
Puncaknya, pada 29 Maret, FIFA membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 usai Ketua Umum PSSI Erick Thohir menemui Presiden FIFA Gianni Infantino di Doha, Qatar. Padahal, tinggal dua bulan sebelum pertandingan sepak bola itu mestinya dilangsungkan di Indonesia pada 20 Mei–11 Juni 2023.
Beberapa hari kemudian, seseorang di lingkaran dekat Ganjar mengindikasikan bahwa tim internal sang gubernur menyerah. Elektabilitas Ganjar yang terjun bebas dianggap menjadi pertanda tamatnya peluang dia melaju ke Pilpres 2024. Bubar. Buyar. Ambyar.
Drone Emprit, sistem yang memonitor dan menganalisis percakapan publik di media sosial, ikut mencermati merosotnya elektabilitas Ganjar. Tak tanggung-tanggung, Ganjar memanen 57% sentimen negatif—yang paling tinggi dibanding tokoh-tokoh lain.
“Angka 57% itu naik dua kali lipat dari biasanya. Sebulan sebelumnya, sentimen negatif ke Ganjar masih di bawah 30%. Jadi sejak Ganjar menyatakan sikapnya terkait Piala Dunia U-20, kekecewaan terhadap Ganjar memang sangat tinggi,” ujar Lead Analyst Drone Emprit, Rizal Nova Mujahid, kepada kumparan, Rabu (5/4).
Ia menjelaskan, sentimen negatif ke Ganjar itu didominasi oleh kemarahan. Ganjar misalnya dikatai “Presiden Palestina” dan “semakin kadrun”.
Nova mengamati bahwa percakapan soal Piala Dunia U-20 yang membawa-bawa nama Ganjar berasal dari empat klaster:
Analisis Drone Emprit memperlihatkan bahwa Ganjar dicerca baik oleh akun-akun yang pro maupun kontra dengan kedatangan timnas Israel.
Akun-akun yang pro dengan kedatangan timnas Israel menyayangkan sikap Ganjar yang kali ini bertolak belakang dengan Jokowi. Padahal Ganjar selama ini terlihat selaras dengan Jokowi.
Sementara akun-akun yang kontra dengan kedatangan Israel menganggap Ganjar tengah mencari ceruk suara dari pemilih Islam.
“Jadi posisi Ganjar enggak enak banget. Dia ambil sikap, tapi di medsos malah digebuki oleh kedua belah pihak,” ujar Nova.
Ganjar sendiri sejak awal menyebut sikapnya itu sesuai dengan ideologi PDI Perjuangan. Hal tersebut dikuatkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto yang menyatakan bahwa kader-kader PDIP telah menunjukkan sikap kokoh mereka secara ideologis.
Para politikus PDIP pun mengamini. Legislator DPR dari Fraksi PDIP, Andreas Hugo Pereira, misalnya ikut membela Ganjar dan Koster. Menurutnya, penolakan Indonesia terhadap penjajahan—yang artinya Israel dan entitas turunannya—bukan hanya sikap Bung Karno, melainkan sikap bangsa Indonesia karena hal itu telah dituangkan dalam konstitusi negara, yakni UUD ‘45.
“Yang terjadi kemudian, mereka (Ganjar dan Koster) dikambinghitamkan (atas batalnya Indonesia jadi tuan rumah Piala Dunia U-20),” ujar Andreas.
Satu survei yang dirilis usai Indonesia batal jadi tuan rumah Piala Dunia U-20 menunjukkan kejatuhan Ganjar dari puncak klasemen elektabilitas capres. Merdeka Institute for Public Opinion Survei (MIPOS) yang merilis hasil survei pada 5 April 2023 mencatat elektabilitas Ganjar merosot ke angka 16,8% dari 19,8% pada November 2022. Artinya, turun 3%.
MIPOS mengombinasikan metode telesurvei dengan analisis amatan media sosial. Survei dilakukan pada 29 Maret–3 April terhadap 1.200 responden di 34 provinsi. Margin of error survei ini sekitar 2,83% pada tingkat kepercayaan 95%.
Dalam survei terbaru MIPOS itu, Ganjar terlempar ke posisi ketiga setelah Prabowo Subianto (33,6%) dan Anies Baswedan (21,5%).
Dua sumber kumparan menyebut bahwa kelompok pendukung Prabowo disinyalir menjadi salah satu kubu yang mengipasi kobaran sentimen negatif terhadap Ganjar. Namun hal itu ditampik oleh Partai Gerindra.
“Pak Prabowo selalu mengajarkan, kontestasi itu dengan menunjukkan kelebihan kita, bukan untuk menyerang. Tidak ada kader Gerindra yang menabuh gendang di atas kritik keras terhadap Mas Ganjar,” kata Andre Rosiade, anggota Dewan Pembina Gerindra, Kamis (6/4).
Turunnya pamor Ganjar diduga berpengaruh terhadap elektabilitas Prabowo yang melejit dan menyalip Ganjar. Menurut salah satu orang dekat Ganjar, masyarakat yang kecewa dengan Ganjar amat wajar bila kemudian menyeberang ke Prabowo, karena basis pemilih Ganjar lebih dekat ke Prabowo ketimbang Anies.
Namun, peneliti SMRC Saidiman Ahmad berpendapat bahwa elektabilitas ditentukan oleh banyak faktor dan bersifat fluktuatif. Meski saat ini Saidiman belum mengantongi data terbaru soal elektabilitas capres, namun ia yakin bahwa pengaruh pembatalan Piala Dunia U-20 terhadap elektabilitas Ganjar tidaklah besar.
“Kalau turun sekitar segitu (3%) ya masih terbatas. Elektabilitas kan kadang naik, kadang turun. Semua calon juga seperti itu. Jadi itu masih wajar,” ujar Saidiman kepada kumparan.
Hal senada diucapkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. Menurutnya, nomal bila PDIP dan kader-kadernya menghadapi konsekuensi elektoral akibat sikap teguh yang mereka anut dalam menolak timnas Israel di Indonesia.
“Dinamika elektoral itu kan naik dan turun. Adakalanya turun, adakanya naik,” kata Hasto, Kamis (30/3).
Angin Segar untuk Ganjar
Selama beberapa waktu, tim internal Ganjar merasa muram. Mereka merasa kans politik Ganjar untuk 2024 benar-benar ambyar. Sulit untuk mengerek kembali elektabilitas Ganjar bila kadung turun terlalu jauh.
Namun, selang beberapa hari, arah angin berganti. Sumber di lingkaran Ganjar bercerita bahwa keriuhan soal timnas Israel yang berimbas buruk pada Ganjar berbalik jadi blessing in disguise alias berkah tersembunyi. Sebab, di kala Ganjar habis-habisan dicaci publik, ia tanpa diduga justru dipuji partai, termasuk oleh sang Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.
Hal tersebut dibenarkan dua sumber lain di internal PDIP. Menurut mereka, Ganjar telah lulus uji loyalitas. Ia bersedia tegak lurus terhadap partai meski hal itu tak menguntungkan baginya. Oleh sebab itu, Megawati akhirnya disebut merestui Ganjar sebagai capres.
Salah satu sumber bahkan menyebut bahwa Ganjar sudah 99% bakal jadi capres PDIP. Turunnya elektabilitas Ganjar pun bukan masalah bagi partai banteng. Mereka yakin, hanya soal waktu untuk mengembalikan takhta Ganjar di bursa capres. Dan dengan mesin partai di belakangnya, hal itu bukannya mustahil.
Yang terpenting adalah restu Megawati, dan sisanya mengikuti. Sekali Mega mengeluarkan komando, seluruh kader PDIP akan mengikuti tanpa kecuali. Apalagi, Puan Maharani pun dikabarkan turut mendukung Ganjar. Puan sendiri, menurut sejumlah sumber, akan diserahi tongkat komando partai selaku Ketua Umum.
Sumber-sumber di lingkaran PDIP tersebut mengatakan, sikap terbaru partai ini membuat PDIP tak hendak berlama-lama mengumumkan capres mereka. PDIP kemungkinan mempercepat deklarasi capres pada akhir April atau awal Mei.
Meski demikian, politisi PDIP Budiman Sudjatmiko menampik bahwa partainya menguji loyalitas Ganjar. Menurutnya, sikap Ganjar soal timnas Israel memang selaras dengan partai.
Soal capres PDIP, Budiman menyebut bahwa hal itu belum ditentukan secara resmi. Namun, seandainya Ganjar menjadi capres, bukan tak mungkin bagi partai untuk mengerek elektabilitasnya yang turun.
“Kalau daun biasa kami jadikan wangi itu bisa. Asal bukan memoles bangkai jadi parfum saja. Dan asal bukan penjahat,” ujar Budiman di Kebayoran Baru, Jakarta.
Sejak dulu, menurutnya, PDIP dan Megawati melihat seorang pemimpin bukan dari hasil survei dan elektabilitas, tapi dari caranya berani bersikap dalam menghadapi situasi kritis.
Prabowo dan Koalisi Besar
Menjelang pendaftaran capres yang dibuka 19 Oktober 2023, dinamika politik memang menghangat. Seiring menurunnya elektabilitas Ganjar dan menguatnya Prabowo, muncul pula wacana Koalisi Besar yang menggabungkan Koalisi Indonesia Bersatu (Golkar, PAN, PPP) dan Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (Gerindra-PKB).
Wacana Koalisi Besar mencuat setelah silaturahmi Ramadan antara Jokowi dengan lima ketua partai tersebut di kantor Dewan Pimpinan Pusat PAN, Kalibata, Minggu (2/4). Usai pertemuan itu, Jokowi menyebut kelima partai itu cocok.
“Saya hanya bilang: cocok. Terserah kepada ketua-ketua partai (mau bagaimana),” kata Jokowi.
Selain lima partai tersebut, PDIP sesungguhnya diundang. Namun Megawati berhalangan hadir karena sedang di luar negeri.
PDIP sendiri menyatakan tertarik dengan gagasan Koalisi Besar yang digelontorkan Jokowi, namun mensyaratkan capres berasal dari partainya. Di sinilah bisa terjadi tabrakan kepentingan antara PDIP dan Gerindra, sebab Gerindra pun hendak mengusung Prabowo sebagai capres. Terlebih, elektabilitas Prabowo tengah menanjak.
Sumber kumparan menyebut bahwa Prabowo dan Ganjar sebetulnya sedang diadu oleh Jokowi. Dalam pertemuan ketiganya pada panen raya di Kebumen, 9 Maret 2023, Jokowi disebut mengisyaratkan dukungan kepada keduanya sebagai capres-cawapres. Namun, ia tak berucap spesifik siapa yang cocok menjadi capres: Ganjar atau Prabowo?
Menurut sumber tersebut, Jokowi akan menunggu sampai Juni 2023 untuk melihat elektabilitas siapa yang lebih tinggi, apakah Ganjar atau Prabowo.
Pun demikian, Stafsus Mensesneg Faldo Maldini telah menyatakan bahwa Jokowi tidak menjodoh-jodohkan Ganjar dan Prabowo di Kebumen.
Di sisi lain, Jokowi belakangan memang terkesan sering muncul bersama Prabowo, sampai-sampai Kepala BIN Budi Gunawan pada satu acara di Jayapura, 21 Maret, berkelakar bahwa “Aura Pak Jokowi sebagian sudah pindah ke Pak Prabowo.”
Sejumlah pengamat politik sepakat bahwa penentuan capres di Koalisi Besar tak akan mudah. Menurut Direktur Eksekutif Charta Politika Yunarto Wijaya, ego masing-masing partai untuk mendapat jatah capres masih sangat besar.
“Ketika masuk ke level teknis, akan banyak hambatan, sehingga jelang injury time baru bisa dipastikan apakah Koalisi Besar akan terwujud,” ujar Yunarto.
Gerindra sendiri cukup yakin bahwa penentuan capres-cawapres di Koalisi Besar tak akan alot, sebab para ketua umum parpol yang bertemu saat silaturahmi Ramadan kemarin—minus PDIP—sudah satu frekuensi.
“Akan diambil keputusan yang kolektif-kolegial, sangat rasional, dan objektif. Dan insyaallah akan diambil secara musyawarah mufakat,” ujar Andre Rosiade, optimistis.
Bila pertimbangannya adalah rasional dan objektif, maka bukan tak mungkin nama Prabowo ada di urutan teratas sesuai survei elektabilitas capres terkini.
Prabowo sempat menyatakan, elektabilitasnya naik karena kepuasan masyarakat terhadap pemerintah Jokowi juga naik. Ia, sebagai bagian dari pemerintah, pun ikut terkena imbas positif. Namun, Jokowi menampik dan menyebut naiknya elektabilitas Prabowo adalah karena upaya Ketua Umum Gerindra itu sendiri.
Meski begitu, menurut Andre Rosiade, faktor Jokowi dalam melesatnya elektabilitas Prabowo tak dapat dinafikan. Pada November 2022 misalnya, Jokowi pernah berkata bahwa Pilpres 2024 adalah jatah Prabowo. Dan sejak saat itu, elektabilitas Prabowo perlahan naik.
Andre menyebut, ada dua unsur terkait Jokowi yang berpengaruh signifikan pada elektabilitas kandidat capres, yakni tingginya approval rating dan pengaruh endorsement.
Berdasarkan data survei Lembaga Survei Indonesia yang dirilis 22 Januari 2023, sebanyak 76,2% masyarakat cukup dan sangat puas dengan kinerja Jokowi. Ini adalah approval rating tertinggi sepanjang pemerintahan Jokowi di periode kedua.
Sementara berdasarkan survei Litbang Kompas 24 September–7 Oktober 2022, sebanyak 15,1% masyarakat akan memilih capres yang didukung Jokowi.
Terlepas dari siapa yang akan didukung Jokowi sebagai capres, saat ini komunikasi Jokowi dengan Prabowo maupun Ganjar disebut berjalan baik. Prabowo rutin bertemu Jokowi selaku Menhan dan Ketua Umum Gerindra, sedangkan Ganjar pun telah bertemu Jokowi usai keriuhan soal timnas Israel di Piala Dunia U-20.
Jumat (7/4), di sela kunjungan kerja Jokowi di Jawa Tengah, Ganjar terlihat salat Jumat bersama Jokowi dan cucunya, Jan Ethes, di Masjid Raya Syekh Zayed, Solo.
Saat bertemu dan mengobrol dengan Jokowi, Ganjar tampak berjalan sambil agak membungkukkan badan, sedangkan Jokowi terlihat tersenyum beberapa kali kepadanya di sela perbincangan mereka.
Mereka yang berada di sekitar Ganjar pun menyiratkan: Ganjar belum ambyar.