Gara-gara Cuaca Panas Ekstrem, Iran Dua Hari Libur Nasional

2 Agustus 2023 19:28 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seseorang membasuh wajah di tengah cuaca panas ekstrem di Iran. Foto: Asaad Niazi/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Seseorang membasuh wajah di tengah cuaca panas ekstrem di Iran. Foto: Asaad Niazi/AFP
ADVERTISEMENT
Pemerintah Iran mengumumkan libur nasional selama dua hari bagi para pegawai pemerintah dan bank di penjuru negeri. Kebijakan itu diambil menyusul suhu tinggi dan cuaca panas ekstrem yang menerpa negara di Timur Tengah tersebut.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, keputusan ini diumumkan pemerintah pada Selasa (1/8) setelah mempertimbangkan saran dari Kementerian Kesehatan dan badan meteorologi pusat yang memperkirakan suhu udara di banyak kota bakal melebihi 40 derajat Celsius.
"Kabinet menyetujui usulan Kementerian Kesehatan untuk menetapkan hari Rabu dan Kamis sebagai hari libur nasional di seluruh negeri untuk melindungi kesehatan masyarakat," kata juru bicara pemerintahan wilayah Teheran, Ali Bahadori Jahromi.
Adapun kota-kota yang diperkirakan paling terdampak cuaca panas termasuk di Provinsi Ilam, Bushehr, Khuzestan — yang beberapa hari terakhir mengalami peningkatan suhu udara di atas 45 derajat Celsius.
Seseorang membasuh wajah di tengah cuaca panas ekstrem di Iran. Foto: Asaad Niazi/AFP
Media lokal IRNA melaporkan, pengambilan keputusan tersebut juga didasarkan pada fenomena gelombang panas yang belum pernah terjadi sebelumnya di penjuru negeri.
ADVERTISEMENT
Terpisah, Kementerian Kesehatan Iran telah memperingatkan risiko sengatan panas akibat paparan sinar matahari yang berlebihan bagi daya tahan tubuh masyarakat.
Atas dasar itulah, pihaknya pun mengimbau warga untuk tidak keluar rumah antara pukul 10 pagi hingga 4 sore.
Pada Juni 2023 lalu, Iran mengubah jam kerja bagi karyawan selama musim panas yang kini dimulai lebih awal. Tujuannya, yakni untuk menghemat listrik di kantor-kantor saat suhu mencapai puncak tertingginya.
Negara berpopulasi lebih dari 85 juta itu merupakan salah satu negara di dunia yang paling rentan mengalami dampak perubahan iklim dan kenaikan suhu global.