Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Gara-gara Perang di Ukraina, Tak Ada Deklarasi Bersama Usai Pertemuan Menlu G20
2 Maret 2023 18:53 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Pelaksanaan Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 (Foreign Ministers Meeting/FMM) pada Kamis (2/8) di Kota New Delhi, India, berlangsung panas.
ADVERTISEMENT
Terjadi cekcok antara pihak Rusia dan Barat, hingga berujung pada munculnya pernyataan bahwa tidak akan ada deklarasi bersama yang dikeluarkan dalam pertemuan FMM G20 kali ini.
Pernyataan tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov, kepada wartawan usai pertemuan digelar. Usai terjadi perdebatan panjang terkait perang di Ukraina, Lavrov memandang Barat berupaya untuk memfitnah Rusia.
“Deklarasi diblokir dan hasil diskusi akan dijelaskan dalam ringkasan yang akan dibicarakan oleh kepresidenan India,” jelas Lavrov, seperti dikutip dari AFP.
Dia menyalahkan keputusan tidak adanya deklarasi gabungan ini kepada Barat. Secara terpisah, Menteri Luar Negeri India S.Jaishankar pun membenarkan pernyataan Lavrov.
Dia mengaku, FMM G20 kali ini tidak dapat mencapai sebuah deklarasi bersama seperti pada umumnya, lantaran ada perbedaan pendapat mengenai perang di Ukraina.
ADVERTISEMENT
“Pada isu, yang sejujurnya menyangkut konflik Ukraina, terdapat perbedaan, yang tidak dapat kami rekonsiliasi di antara berbagai pihak,” ungkap Jaishankar.
Lebih lanjut, pihak China pun memiliki pandangan yang serupa dengan Rusia.
Dalam keterangan yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Rusia usai pertemuan Lavrov dengan Menteri Luar Negeri China, Qin Gang, di sela-sela FMM G20.
Kedua delegasi negara mitra strategis itu disebut mengkritik tindakan Barat yang dinilai telah menggunakan teknik pemerasan serta ancaman terhadap negara-negara lain.
“Penolakan dengan suara bulat dinyatakan terhadap upaya-upaya untuk mencampuri urusan dalam negeri negara-negara lain, untuk memaksakan pendekatan-pendekatan sepihak melalui pemerasan dan ancaman, dan menentang demokratisasi hubungan-hubungan internasional,” bunyi keterangan tersebut.
Pihaknya menambahkan, Qin dan Lavrov turut membahas operasi militer Rusia di Ukraina serta proposal perdamaian untuk mengakhiri konflik yang dicetuskan Beijing beberapa pekan lalu —sehari sebelum peringatan satu tahun sejak Presiden Vladimir Putin mengerahkan pasukannya ke Ukraina.
ADVERTISEMENT
Dalam keterangan Kementerian Luar Negeri Rusia disebutkan, adanya tingkat kedekatan yang tinggi dari posisi Qin dan Lavrov dalam isu-isu yang mereka bahas bersama.
Sebenarnya, sebagai pemegang presidensi G20 tahun ini, India ingin agar pertemuan tingkat tinggi itu berfokus pada isu-isu global mendesak lainnya. Contohnya, seperti penumpasan kemiskinan dan pendanaan untuk mengatasi perubahan iklim.
Namun, tampaknya operasi militer khusus Rusia di Ukraina telah mendominasi agenda pembicaraan dan mengesampingkan poin-poin penting lain, seperti pemulihan ekonomi global —yang seharusnya menjadi agenda pembicaraan utama di pertemuan G20.
India menginginkan kepresidenan G20 tahun ini untuk fokus pada isu-isu seperti pengentasan kemiskinan dan pendanaan iklim, namun serangan Rusia di Ukraina telah mengesampingkan agenda-agenda lainnya.