GDP Venture: 88 Rising Bentuk Monetisasi Kekayaan Intelektual yang Menguntungkan

21 Januari 2025 21:19 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Executive Partner GDP Venture Ayu Hakim (kanan) memberikan pemaparan disaksikan oleh Content Director dentsu Indonesia Rommy Yosef Pantouw saat IP.Expo Indonesia di Jakarta, Selasa (21/1/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Executive Partner GDP Venture Ayu Hakim (kanan) memberikan pemaparan disaksikan oleh Content Director dentsu Indonesia Rommy Yosef Pantouw saat IP.Expo Indonesia di Jakarta, Selasa (21/1/2025). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
ADVERTISEMENT
Pada acara IP Expo by GDP Venture and Dentsu Indonesia, Executive Partner GDP Venture, Ayu Hakim, membahas tentang potensi besar pemanfaatan hak kekayaan intelektual (HKI) dalam dunia hiburan, salah satunya adalah 88 Rising.
ADVERTISEMENT
Sebagai perusahaan modal ventura, GDP Venture berfokus pada investasi HKI di berbagai sektor, termasuk musik, olahraga, dan teknologi. Ayu menyoroti bagaimana 88 Rising, label hiburan yang terkenal dengan musisi Asia-Amerika, telah memanfaatkan HKI untuk menciptakan kolaborasi lintas merek yang menguntungkan.
“Salah satu portofolio HKI kami adalah 88 Rising, yang bergerak di industri hiburan musik. Jadi, ada banyak sekali kolaborasi atau monetisasi HKI di industri musik. Misalnya, kolaborasi lintas merek,” ujarnya di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta Pusat pada Selasa (21/1).
Contoh besar kolaborasi yang dilakukan label musik pengorbit Rich Brian ini adalah kolaborasi mereka dengan Honda pada tahun 2023, yang menghasilkan festival musik Clouds Festival.
“Di mana 88 Rising menciptakan barang dagangan dengan logo Honda dan logo 88 Rising selama festival tersebut, dan menjangkau demografi yang berbeda atau lebih dalam ke demografi Asia-Amerika, dan tidak hanya Asia-Amerika, tetapi juga demografi yang menyukai talenta Asia-Amerika atau dalam konteks musik ini,” tutur Ayu.
ADVERTISEMENT
“Jadi, sebenarnya ada banyak orang Latin juga yang terwakili, dan itu adalah kolaborasi yang hebat di mana barang dagangan menciptakan ikatan emosional. Ya, barang dagangannya terjual habis, tetapi juga ada ikatan emosional antara Honda dan penggemar 88 Rising,” tambahnya.
Lebih lanjut, Ayu menjelaskan tentang pentingnya menggunakan tim hukum dalam kolaborasi. Ia mencontohkan kolaborasi-kolaborasi yang dilakukan 88 Rising.
“Pada saat yang sama, ketika ada semacam lisensi seperti ini antara HKI dan merek, sangat penting untuk melibatkan tim hukum untuk memahami apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan, karena setiap HKI memiliki parameternya sendiri,” ujarnya.
Penampilan Rich Brian di Head in the Clouds (HITC) di Community Park, PIK 2, Jakarta, Minggu (4/12/2022). Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
“Jadi, dalam hal ini, bahkan seperti 88 Rising, kami memiliki, misalnya, hak atas 88 Rising itu sendiri, atau hak atas lagu-lagu dan musik, atau hak atas artis, dan itu berbeda. Jadi, tergantung pada kontrak pada saat itu, yang tentunya saya tidak akan membahas kontrak-kontrak tersebut,” sambungnya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, para pemilik merek atau brand, harus memahami apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam melakukan sebuah kolaborasi dengan pemilik HKI.
“Namun, misalnya, jika Anda sebagai pemilik merek melakukan kolaborasi dengan HKI, dan dalam hal ini, 88 Rising hanya untuk 88 Rising dan bukan termasuk artis-artisnya, Anda harus mengetahui perbedaan itu agar tidak melanggar masalah hukum lainnya,” ucapnya.
“Jadi, saya ingin menegaskan kembali bahwa sangat penting untuk memahami juga parameter hukum yang mengelilingi setiap IP (Intelectual Property) yang akan Anda gunakan dengan merek Anda. Dalam hal ini, jika Anda ingin mengakses 88 Rising, kami harus melindungi IP kami,” sambungnya.