Geger Pemukulan Dua Perempuan Muslim di Australia, Diduga karena Islamofobia

19 Februari 2025 13:44 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menghadiri sesi pembukaan KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, pada tanggal 18 November 2024. Foto: DANIEL RAMALHO/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menghadiri sesi pembukaan KTT G20 di Rio de Janeiro, Brasil, pada tanggal 18 November 2024. Foto: DANIEL RAMALHO/AFP
ADVERTISEMENT
Kepolisian Australia tengah menyelidiki kasus pemukulan dua perempuan Muslim di Melbourne pekan lalu. Mereka tengah menginvestigasi dugaan pemukulan didorong islamofobia (fobia terhadap Islam atau penganut Islam).
ADVERTISEMENT
Keterangan kepolisian Victoria pada Senin (17/2), kedua wanita tersebut berusia 26 dan 30 tahun. Mereka diduga diserang pelaku yang sama.
“Penyelidikan telah dimulai termasuk apakah ini adalah serangan yang bermotif prasangka,” kata kepolisian Victoria seperti dikutip dari The Guardian.
Pemandangan Kota Melbourne di Australia. Foto: f11photo/Shutterstock
“Tidak ada tempat sama sekali dalam masyarakat kita untuk perilaku diskriminatif, rasis atau berdasarkan kebencian dan tindakan seperti itu tidak akan ditoleransi,” sambung mereka.
Korban berusia 26 tahun, Ealaf Esawie, mengatakan dia dipukul di bagian wajah kemudian didorong. Dia yakin aksi penyerangan dipicu islamofobia.
“Itu 100% karena saya seorang Muslim. Saya lahir di sini, ini negara saya. Ke mana saya harus pergi jika saya diserang di negara saya sendiri?” ucap perempuan berhijab itu.
ADVERTISEMENT
Korban lainnya, berdasar laporan media Australia, juga memakai hijab dan sedang hamil. Kedua korban sedang dirawat di rumah sakit untuk perawatan.
Insiden di Melbourne menjadi perhatian PM Australia Anthony Albanese. Saat memberikan keterangan pada Rabu (19/2), Albanese mengatakan penyerangan yang dilandasi sikap diskriminasi agama adalah tindakan tercela.
"Saya menanggapi semua serangan terhadap orang-orang atas dasar keyakinan mereka dengan serius, dan mereka semua harus menghadapi hukuman hukum yang setimpal,” papar dia.