Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Geger Prediksi Gempa Besar di Indonesia 7 Maret, BMKG Beri Penjelasan
7 Maret 2023 10:46 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
ADVERTISEMENT
Peneliti Solar System Geometry Survey (SSGEOS) Frank Hoogerberts ramai diperbincangkan publik Twitter dan Youtube belakangan ini. Penyebabnya, ia mengungkap analisis dan memprediksi wilayah di Indonesia akan diguncang gempa besar pada 6-7 Maret 2023.
ADVERTISEMENT
"Sekali lagi, mungkin ada peristiwa seismik lebih dari 7, mungkin lebih dari 8 magnitudo," kata Frank Hoogerbeets dalam video di channel @SSGEOS dikutip Selasa (7/3).
"Dan juga menandai Sulawesi, Halmahera, bahkan mungkin Laut Banda Indonesia," kata Frank.
Sosok Frank sekarang diperhitungkan setelah dia mencuit pada 3 Februari soal potensi gempa 7,5 magnitudo di Turki-Yordania-Suriah-Lebanon. Prediksinya dinilai kurang lebih sesuai dengan gempa dahsyat yang terjadi di Turki-Suriah pada 6 Februari yang menewaskan 50 ribuan orang.
SSGEOS adalah sebuah lembaga penelitian bidang geometri yang memantau benda langit dalam kaitannya dengan aktivitas seismik.
Tak cuma Indonesia, Frank juga memprediksi gempa juga terjadi di Kamchatka, Kepulauan Kuril, Jepang utara, di atas Filipina.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tanggapan BMKG?
"Saya seismologist, semua landasan berpikir berdasarkan konsep empirik yang jelas. Saya tidak termasuk yang sudah percaya prediksi gempa," kata Kepala Gempa dan Pusat Tsunami BMKG, Daryono, kepada kumparan, Selasa (7/3).
"Dan saya belum percaya dengan prediksi gempa hingga saat ini," imbuh dia.
Ia menambahkan, semua hal tentang seismologis harus bersifat ilmiah dan bisa dipertanggugjawabkan.
"Teori/konsep prediksi sangat banyak tapi yang valid konsisten, tepat akurat belum ada, tapi okelah ini kita terima sebagai pesan kesiagaan ini, sah sah saja. Tapi dalam konteks konsep/teori saya skeptis," tutur dia.
"Contoh utak-atik gathuk. Kalau ada kupu-kupu maka akan ada tamu. Kalau ada burung gagak akan ada orang yang akan mati. Sesuatu yang serba kebetulan tapi tidak ada landasan teori yang mendasari tanpa menyentuh sebab kenapa orang itu mati," beber Daryono.
ADVERTISEMENT