Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
Gerbang dan tembok UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dicoret lambang zionis. Tidak hanya itu, ada tulisan ‘Islam Zionis’ yang dibuat dengan cat berwarna biru. Coretan-coretan itu, kini tengah diusut pihak kepolisian.
ADVERTISEMENT
“Sejauh ini sudah kita periksa CCTV. Namun, memang tidak ada di lokasi tersebut. Jadi kita tetap mendalami lewat Siber Polsek dan Polres,” ujar Kapolsek Ciputat Kompol Endy Mahadika saat dihubungi, Selasa (14/12).
Terlepas dari motif yang belum terungkap, istilah ‘Islam Zionis’ sebetulnya problematis. Tak ada literatur akademik yang secara persis mengulas konsep tersebut.
Meski demikian, ada satu istilah yang cukup mendekati, yakni ‘Muslim Zionis’. Istilah itu merujuk pada sekelompok muslim (pemeluk agama Islam) yang mendukung keberadaan Israel di wilayah Palestina.
Lantas, bagaimana mungkin muslim dapat mendukung Israel?
Jejak Muslim Zionis
Dalam buku kumpulan esai berjudul ‘Religion and Cyberspace’ (2005) yang diedit Morten T. Højsgaard dan Margit Warburg, dukungan terhadap aksi pencaplokan wilayah Palestina oleh Israel itu dikemukakan oleh Abdul Hadi Palazzi. Pria berusia 58 tahun itu kini tercatat sebagai Sekjen Dewan Muslim Italia.
ADVERTISEMENT
Palazzi merupakan anak dari pria Italia yang berpindah dari Katolik ke Islam dan seorang ibu Muslim keturunan Suriah.. Setelah menyelesaikan pendidikan agama di Roma dan Kairo pada 1987, Palazi menjabat sebagai seorang Imam untuk Komunitas Islam Italia. Palazzi memegang gelar Ph.D. dalam Ilmu Pengetahuan Islam
Menurut Palazzi, kembalinya umat Yahudi ke tanah yang dijanjikan dan mendirikan negara Israel tak bertentangan dengan ajaran Islam. Ia justru mendefinisikan kelompok Hamas yang pro Palestina sebagai organisasi teroris.
Pandangan Palazzi itu jelas berbeda dengan sikap mayoritas muslim dunia terhadap Israel. Jurnalis Italia, Magdi Allam, bahkan menuduh Palazzi memiliki hubungan dengan intelijen Israel. Meski demikian, Palazzi pun membantahnya. Ia menyebut, dukungan terhadap negara zionis itu murni bersumber dari Al-Quran.
Dalam tabloid Weekly Blitz edisi Oktober 2013, Palazzi mengemukakan pandangannya dalam tulisan berjudul ‘Land of Israel is the homeland of the Jewish people’. Palazzi merujuk Al-Quran surat Al-Isra ayat 104 dan Al-Maidah ayat 21. Dua surat tersebut merupakan firman Allah kepada Nabi Musa.
ADVERTISEMENT
“Al-Quran menetapkan bahwa Tanah Israel adalah Tanah Air kaum Yahudi. Tuhan memberikan tanah itu kepada mereka sebagai warisan dan memerintahkan mereka untuk tinggal di sana,” kata Palazzi.
Menurut Palazzi, fakta tersebut seringkali disembunyikan oleh Wahabi. Kelompok Islam di Arab Saudi itu, kata dia, tak bisa menerima fakta itu. Pengaruh Wahabi yang besar di dunia menyebabkan banyak muslim yang tak mengerti konsep tanah yang dijanjikan kepada Israel.
“Siapa pun yang menyangkal ini sebenarnya menyangkal Al-Qur'an itu sendiri,” kata dia.
ADVERTISEMENT
Penafsiran Palazzi atas tanah yang dijanjikan itu kian berbeda dengan yang dipahami mayoritas komunitas muslim. Pakar eskatologi Islam, Imran Hosein, dalam bukunya ‘Jerusalem in The Quran’ (2012) mengatakan, konsep tanah yang dijanjikan itu telah lama gugur lantaran umat Yahudi menentang perintah Tuhan.
Hosein merujuk pada jejak historis tentang pengusiran pertama umat Yahudi setelah Babilonia menghancurkan Yerusalem pada tahun 585 SM. Ia lalu merujuk pada Surat Al-Isra ayat 4 tentang kehancuran yang diakibatkan sikap umat Yahudi yang sering berbuat kerusakkan dan menyombongkan diri.
Dalam Al-Quran pula, kata Hosein, terpencarnya umat Yahudi ke seluruh penjuru dunia telah diceritakan dalam Al-Araf ayat 8. Sementara itu, Allah tak ingin umat Yahudi untuk menduduki tanah tersebut hingga waktu yan telah ditentukan.
ADVERTISEMENT
“Umat Yahudi tak bisa kembali ke Yerusalem dan mengklaimnya sebagai milik mereka, kecuali Ya’juj dan Ma’juj telah dilepaskan,” kata Hosein.
Muslim Zionis di Indonesia
Palazzi bukan satu-satunya orang yang percaya bahwa Islam dapat berdamai dengan Israel. The Jerusalem Post pada tahun 2015 mencatat, sejumlah akademisi Islam dunia juga mendukung pendudukan Israel di Palestina. Seperti Adnan Oktar, Irshad Manji, Tawfik Hamid, hingga Abdurahman Wahid (Gus Dur).
Nama Gus Dur mencuat lantaran pandangan moderat dia terhadap sikap Israel yang mencaplok Palestina. Dalam wawancara khusus dengan Surat Kabar Haaretz di Israel pada 2004 silam, misalnya, Gus Dur sepakat bahwa Islam dapat menjalin kerja sama dengan Israel.
ADVERTISEMENT
Dalam wawancara khusus itu, Micha Odenheimer, wartawan Hareetz, menyebut Gus Dur sebagai sahabat Israel. Julukan itu bahkan dijadikan judul berita--‘A Friend of Israel in the Islamic World’.
“Saya pikir ada kekeliruan menyebut Islam bertentangan dengan Israel. Ini semua karena propaganda Arab. Kita harus membedakan antara Arab dan Islam,” kata Gus Dur.
Gus Dur, seperti halnya Palazzi, menawarkan interpretasi ulang terhadap Al-Quran. Hanya dengan cara itu, kata dia, perdamaian antara Israel dan Palestina dapat tercipta.
“Al-Quran memiliki prinsip untuk umat manusia, untuk kemakmuran manusia, keadilan dan sebagainya. Sebagai seorang pemimpin, saya juga percaya bahwa orang akan mengikuti prinsip-prinsip ini," kata dia.
Gus Dur memang merupakan satu-satunya presiden RI yang berniat membuka keran diplomatik dengan Israel. Meski demikian, niat itu gagal lantaran mendapat penolakan.
ADVERTISEMENT