Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
ADVERTISEMENT
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati melaporkan adanya patahan baru usai gempa 6,1 magnitudo yang terasa kencang di Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jumat (25/2) lalu.
ADVERTISEMENT
Patahan baru yang belum diberikan namanya itu, perlu diwaspadai karena belum dilakukan pemetaan secara mikrosesmik dan makrosesmik.
"Tujuan pemetaan adalah dengan munculnya terekam patahan baru ini, maka gempa bumi menjadi penyempurnaan, yang sebelumnya tidak dianggap membahayakan, sekarang ini jadi zona merah," ujar Dwikorita saat konferensi pers virtual, Selasa (1/3).
"Berpotensi mengalami goncangan dengan intensitas sampai 8 MMI. Itu mudahnya adalah 100 skala tingkat guncangan yang membuat rumah engineer structure itu roboh," lanjut Dwikorita.
Dari kajian tersebut, BMKG merekomendasikan dibentuknya mitigasi pada zona-zona yang sebelumnya tidak dianggap berpotensi gempa.
"Hal itu penting untuk mitigasi ke depan yakni dalam tata ruang, karena di situ dianggap zona relatif aman karena tidak pernah terekam adanya gempa, namun justru kemarin jadi pusat gempa," terangnya.
ADVERTISEMENT
Dari kajian peneliti kegempaan sebelumnya, pada zona mega thrust terdapat potensi terjadinya gempa bumi berkekuatan 8,9 magnitudo dengan jarak pusat gempa 250 km dari sekitar pantai di Sumbar. Apabila gempa besar tersebut terjadi, maka berpotensi gelombang tsunami.
Selain itu, pada kajian sebelumnya patahan juga terjadi di laut dan berpusat pada Patahan Mentawai. Dwikorita menyebut, getaran diprediksi tidak sekuat mega thrust, namun masih berpotensi disusul gelombang tsunami.
Kemudian, patahan ketiga yang sudah terekam yakni patahan Sumatera dari arah barat laut ke arah tenggara.
Selain laporan perkembangan gempa, BMKG juga mengidentifikasi zona bahaya di sepanjang semua sungai di lereng Gunung Talamau.
"Bahaya banjir bandang dan longsor pada radius 200 m pada tepi sungai, kalau melampaui radius itu aman, jadi tidak perlu khawatir yang di luar radius," terangnya.
Sementara itu, Dwikorita juga mengatakan masyarakat tidak perlu panik dan bisa mulai kembali ke rumah masing-masing, sebab gempa susulan 6,1 magnitudo di Pasaman sudah mulai melemah.
ADVERTISEMENT
"Gempa susulan sudah terekam lebih dari 160 kali, namun yang terasa hanya 6 kali. Artinya yang ratusan itu lemah dan tidak terasa sehingga di hari ketiga tim menyampaikan ke pemda dan pengungsi bahwa untuk persoalan gempa sudah tidak perlu dikhawatirkan lagi, ada susulan sekali dalam sehari tapi itu kekuatannya tidak membahayakan," terangnya.
Dwikorita juga mengingatkan saat ini situasi masih dalam masa pandemi sehingga pengungsi bisa kembali ke kediaman masing-masing untuk menghindari kerumunan di pengungsian.
"Kalau masih trauma bisa tinggal di halaman dengan tenda. Jadi secara bertahap mengatasi trauma dan akan dilakukan trauma healing healing dengan dinsos," tandasnya.