Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Dilansir AFP, setidaknya ada delapan gempa susulan dengan kekuatan 4,3 magnitudo dan 6,3 magnitudo yang terjadi setelahnya.
"Saat gempa terjadi, terdengar suara yang begitu keras dan tidak ada waktu untuk kami bereaksi. Pada guncangan pertama, semua rumah langsung runtuh," ucap salah satu warga, Bashir Ahmad, dilansir AFP, Minggu (8/10).
Salah satu reporter AFP yang berada di Desa Sarboland, Distrik Zinda Jan, yang dekat dengan pusat gempa melihat puluhan rumah rata akibat gempa ini. Para warga yang putus asa masih mencoba menggali reruntuhan hingga tengah malam untuk mencari keluarga mereka yang hilang.
Sementara itu, para perempuan dan anak-anak harus menunggu di tempat terbuka yang tak jauh dari rumah mereka yang hancur.
ADVERTISEMENT
Warga lain, Nek Mohammad, mengaku sedang bekerja ketika gempa pertama terjadi. Ia langsung buru-buru pulang dan melihat rumahnya sudah hancur menjadi debut.
"Sejauh ini kami tak punya apa-apa lagi. Tak ada selimut atau apa pun. Kami di sini ditinggalkan di malam hari bersama para tentara kami," ungkap Nek.
Sementara itu, di pusat Kota Herat, jumlah korban jiwa yang dilaporkan jauh lebih sedikit. Gempa ini hanya membuat sebagian gedung rusak temboknya, dan sebagian lainnya lagi roboh.
Namun, juru bicara otoritas penanggulangan bencana setempat, Mullah Jan Sayeq, menyebut kemungkinan besar jumlah korban jiwa bakal meninggal cukup tinggi. Apalagi gempa ini merupakan gempa dangkal yang pusatnya hanya berada di 14 kilometer dari permukaan air laut saja.
ADVERTISEMENT
"Kemungkinan besar jumlah korban jiwa dari bencana ini bertambah dan meluas. Belajar dari kejadian di masa lalu, dengan tingkat kewaspadaan seperti ini, kami butuh respons di tingkat regional atau nasional," ucap Sayeq.
Kota Herat yang letaknya hanya 120 kilometer dari perbatasan Iran sering disebut sebagai Ibu Kota Budaya Afghanistan. Pada tahun 2019, kota ini tercatat memiliki jumlah penduduk sebanyak 1,9 juta jiwa.
Afghanistan, sebenarnya merupakan salah satu negara yang sering dilanda gempa, terutama di wilayah pegunungan Hindu Kush yang letaknya berdekatan dengan lempeng tektonik Eurasia dan India.
Juni 2022 lalu misalnya, gempa berkekuatan 5,9 magnitudo yang mengguncang Paktika telah menewaskan lebih dari seribu orang dan membuat puluhan ribu warga kehilangan tempat tinggalnya. Ini adalah salah satu gempa paling mematikan yang terjadi di Afghanistan selama hampir seperempat abad terakhir.
ADVERTISEMENT
Selain karena gempa, Afghanistan juga sudah berada dalam krisis kemanusiaan yang parah, menyusul penarikan bantuan asing secara luas sejak Taliban kembali berkuasa pada 2021 lalu.
Live Update