Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Gen Z Paling Banyak Main MiChat, Waspada Bahaya Penyakit Menular Seksual
19 November 2022 10:36 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Meski begitu, website resmi MiChat menyebut mereka merupakan aplikasi komunikasi untuk menghubungkan keluarga dan teman. Mereka bahkan mengklaim platformnya bukan tempat prostitusi. Segala pelanggaran pun akan ditindak secara tegas.
MiChat sendiri sudah terdaftar dalam Penyelenggara Sistem Elektronik (PSE) Kominfo. Platform yang sudah diunduh lebih dari 50 juta kali di PlayStore itu sudah terdaftar dengan nomor registrasi 003957.01/DJAI.PSE/07/2022 pada 11 Juli 2022 lalu.
Menurut data yang dihimpun Similarweb, per Oktober 2022, pengguna MiChat mayoritas berusia 18-24 tahun (37,45%). Sementara kelompok usia terbesar kedua adalah 25-34 tahun (32,91%) dan diikuti dengan pengguna berusia 35-44 tahun (14,41%). MiChat juga digunakan oleh pengguna di atas 45 tahun, meski persentasenya tidak sebesar pengguna yang lebih muda.
ADVERTISEMENT
Indonesia sendiri menempati peringkat teratas sebagai negara dengan jumlah pengguna MiChat terbanyak, yakni 83,37%. Aplikasi ini juga diunduh oleh pengguna di Prancis, Argentina, Malaysia, dan Amerika dalam jumlah sedikit.
Dengan banyaknya pengguna gen Z di MiChat ini, lantas apa bahaya yang mengintai jika menggunakannya untuk prostitusi online?
Seksolog klinis Zoya Amirin menyebut banyaknya pengguna MiChat di kalangan gen Z bukan cuma masalah hasrat seksual. Namun, kata dia, ini juga soal mencari koneksi dengan orang lain.
“Kalau misalnya dia remaja akhir, dewasa awal, ya, kalaupun tidak ada MiChat, hasrat seksualnya tetap tinggi. Tapi, kan, ada yang merasa kurang, nih. ‘Mau nyari, ah,’ kan bisa saja ada banyak cara untuk berkomunikasi, apalagi untuk bertukar kebutuhan dan keinginan secara seksual,” ujar Zoya kepada kumparan, Jumat (18/11).
Ia menambahkan, gen Z saat ini cenderung memiliki cara baru untuk berkomunikasi, termasuk dengan MiChat. Menggunakan jasa prostitusi online ini, menurut Zoya, memiliki risiko bahaya terutama pada PSK di bawah umur.
ADVERTISEMENT
Sementara pada laki-laki, Zoya menyebut bahaya yang bisa mengintai adalah penyakit menular seksual. Menurutnya, prostitusi online cenderung lebih sulit dikontrol pemerintah karena menggunakan media chat pribadi.
Ini berbeda dari prostitusi di lokalisasi yang bisa diakses langsung oleh petugas kesehatan untuk diberikan edukasi seks.
“Kalau online-online gini, kadang ada trafficking nih, kita enggak bisa mencegah ya, kan. Atau dijual sama orang tuanya, zaman-zaman belum online saja sudah banyak, apalagi ada online. Efeknya, sih, udah pasti buruk buat anaknya in so many ways, ya; memaksakan kedewasaan seksual dia harus merasakan itu sebelumnya, baik dia inginkan sendiri atau disuruh orang tuanya,” kata Zoya.
Untuk itu, Zoya mengatakan pemerintah harus berupaya membuat jalan keluar yang terbaik. Soalnya, praktik prostitusi ini seperti lingkaran setan yang terus ada. Selain mengedukasi orang tua, para remaja dan dewasa yang terlibat juga sebaiknya paham pentingnya pendidikan untuk meningkatkan harkat martabat mereka.
ADVERTISEMENT