Gencatan Senjata Kirgizstan-Tajikistan Hentikan Pertempuran Sengit di Perbatasan

17 September 2022 18:53 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Penjaga perbatasan Tajikistan, Tajikistan. Foto: Vyacheslav Oseledko/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Penjaga perbatasan Tajikistan, Tajikistan. Foto: Vyacheslav Oseledko/AFP
ADVERTISEMENT
Setelah menyepakati gencatan senjata, Kirgizstan dan Tajikistan melaporkan bahwa ketegangan sudah mereda di daerah perbatasan kedua negara pada Sabtu (17/9).
ADVERTISEMENT
Penembakan sporadis masih dilaporkan di Provinsi Sughd di Tajikistan. Kendati demikian, gencatan senjata tampaknya tetap bertahan seiring ketenangan perlahan pulih. Kirgizstan dan Tajikistan tidak mengabarkan adanya insiden besar yang berlangsung semalam.
"Sebagai hasil pertemuan antara delegasi Tajikistan dan Kirgizstan, situasi di perbatasan menjadi stabil, orang-orang kembali dalam kehidupan normal," tulis pemerintah Sughd, dikutip dari Reuters, Sabtu (17/9).
Pertikaian atas wilayah perbatasan berakar dari era Uni Soviet. Rusia berusaha membagi wilayah bagi pemukiman yang tumpang-tindih antara beragam etnis. Bentrokan di wilayah tanpa batas tegas itu sering kali meletus, tetapi biasanya mereda tak lama kemudian.
Pada Jumat (16/9), Kirgizstan dan Tajikistan kembali mengalami bentrokan akibat sengketa perbatasan tersebut. Keduanya saling melayangkan tuduhan atas penggunaan persenjataan berat.
ADVERTISEMENT
Kirgizstan mengatakan, pertempuran berkecamuk di Provinsi Batken yang berbatasan dengan Sughd. Gempuran serupa yang berlangsung tahun lalu juga hampir mengarah pada perang. Kirgizstan menjelaskan, pasukannya terus mengadang serangan-serangan.
"Dari pihak Tajikistan, penembakan terhadap posisi pihak Kirgizstan terus berlanjut, dan di beberapa daerah pertempuran sengit sedang berlangsung," lapor pasukan perbatasan Kirgizstan.
Penjaga perbatasan Tajikistan. Foto: Vyacheslav Oseledko/AFP
Kementerian Kesehatan Kirgizstan mencatat, 24 warga tewas dan 87 lainnya terluka dalam pertempuran. Lebih dari 136.000 warga sipil turut melarikan diri dari zona konflik.
Kirgizstan mengatakan, Tajikistan menggunakan tank, pengangkut personel lapis baja, dan mortir untuk menyerbu desa dan menembaki bandara. Sebaliknya, Tajikistan menuduh, Kirgizstan menembaki sebuah pos militer dan tujuh desa dengan persenjataan berat pula.
Tajikistan belum mengeluarkan data korban dari bentrokan tersebut. Tetapi, pejabat keamanannya mengatakan, setidaknya tujuh orang tewas dalam pertempuran pada Jumat (16/9).
ADVERTISEMENT
Peneliti dari Carnegie Endowment for International Peace, Temur Umarov, menerangkan bahwa desa terpencil di wilayah sengketa sebenarnya tidak memberikan kontribusi ekonomi signifikan. Namun, kedua belah pihak memberikannya kepentingan politik berlebihan.
Umarov mengatakan, pemerintah dari negara-negara itu mengandalkan retorika populis dan nasionalis. Akibatnya, pembicaraan damai nyaris tidak mungkin tercapai.
Analis lainnya, Alexander Knyazev, mengungkapkan pengamatan serupa. Dia menjelaskan, kedua pihak tidak menunjukkan keinginan untuk menyelesaikan konflik secara damai.
Klaim teritorial mereka dikatakan memicu sikap agresif. Dengan demikian, pencegahan konflik berlanjut membutuhkan keterlibatan pihak ketiga dan pembangunan zona demiliterisasi (DMZ).