Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0

ADVERTISEMENT
Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Republik Indonesia mendorong para pemuda di wilayah pesisir untuk tetap menggeluti pekerjaan sebagai nelayan atau menekuni ekonomi biru. Kemenpora akan membantu agar nilai jual produk pesisir mendapat nilai lebih.
ADVERTISEMENT
Staf Ahli Bidang Inovasi Kepemudaan dan Keolahragaan Plt Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora, Yohan, mengatakan, pemuda pesisir saat ini enggan meneruskan pekerjaan khas pesisir seperti nelayan karena adanya stigma tentang nilai ekonomi yang rendah.
"Nelayan kan dianggap ekonominya kurang. Potensi di pesisir bisa diberdayakan, tidak hanya cari ikan tapi diberi nilai tambah. Jadi dijual tidak hanya per kilo, tapi ketika diberdayakan bisa untuk penghidupan. Misal rumput laut sekilo Rp 20 ribu. Ketika diolah jadi Karagenan atau produk itu jadi sekilo bisa Rp 200 ribu. Apalagi Karagenan ini bisa jadi kosmetik dan produk obat. Sehingga petani bisa berdayakan tidak hanya bahan mentah," ujar Yohan di sela acara Pelatihan Pemuda Maritim di Hotel Khas Semarang, Rabu (13/9).
Ia menjelaskan, selain nilai tambah hasil pesisir pihaknya juga mendorong para pemuda untuk memanfaatkan potensi nilai wisata yang ada di laut. Ia ingin masyarakat pesisir lebih sejahtera di tangan para pemuda.
ADVERTISEMENT
"Kita gelar pelatihan untuk 100 pemuda pesisir selama dua hari ini untuk bagaimana berdayakan pemuda kita terhadap potensi terkait kelautan dan pesisir di sekitar kita, bagaimana bisa hadapi bencana. Kenapa pemuda yang kita ambil, karena pemuda ini yang akan memegang estafet kepemimpinan. Mampu memimpin bangsa ini di masa yang akan datang terutama menghadapi Indonesia Emas 2045," jelas dia.
Gengsi
Sementara itu, salah satu pemuda pesisir Mangunjarho, Mangkang, Kota Semarang, Muhammad Lintang (23), mengakui saat ini banyak pemuda di kampungnya yang enggan meneruskan usaha atau pekerjaan orang tuanya sebagai nelayan atau petambak.
Lintang menyebut, saat ini ia dan ayahnya menggeluti usaha tambak udang, bandeng hingga mangrove. Budidaya mangrove ini dipilih Lintang karena selain mencegah abrasi ternyata juga memiliki nilai ekonomi.
ADVERTISEMENT
"Sekarang udang, bandeng, dan tanam mangrove. Untuk budidaya bandeng dan udang mungkin tidak diteruskan karena kondisi iklim dan abrasi. Sekarang coba pembibitan mangrove, karena itu kalau batang untuk pengasapan, untuk ikan panggang gitu. Buah bisa jadi kripik, jeli, brownis. Daun digiling untuk pakan ternak. Selain bisa menjaga lingkungan kita," kata Lintang.
Ia berharap dengan Pelatihan Pemuda Maritim yang digelar Kemenpora dia bisa mendapat ilmu baru dan mempraktikkannya. Lulusan Ilmu Komputer ini juga bertekad untuk membuat aplikasi yang membantu hidup masyarakat pesisir.
"Ini cari ilmu dan nanti sebarkan ilmu, untuk menyadarkan pemuda bahwa di lingkungan sekitar perlu dilindungi, karena tanah sudah abrasi. Kalau nggak ada yang muda kan kasihan. Kuliah (saya) itu komputer. Ya, ke depan ingin buat aplikasi buat bantu jual," kata Lintang.
ADVERTISEMENT