Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Gerak Cepat Pemuda Jawa Siarkan Kabar Merdeka
17 Agustus 2018 11:28 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Di Yogyakarta, berita proklamasi diterima oleh Kantor Berita Domei cabang Jogja pada 17 Agustus siang sekitar pukul 12.00 WIB. Mendengar kabar penting itu, para pemuda langsung menasionalisasi gedung-gedung dan kantor-kantor yang digunakan Jepang.
Para pemuda yang dipimpin Sumarmadi mengambil alih radio Hoso Kyoku dan menyiarkan berita proklamasi ke seantero Yogya. Sementara pejuang lainnya, di bawah pimpinan pejuang pers saat itu, Samawi dan Sumantoro, mengambil alih gedung percetakan Harian Sinar Matahari yang dikuasai Jepang.
Mereka sekaligus mengambil alih peralatan yang ada, dibantu oleh para pekerja harian tersebut yang kebanyakan adalah warga lokal. Aksi ini berjalan lancar tanpa perlawanan Jepang.
Berita proklamasi lalu dimuat dalam Harian Sinar Matahari edisi 19 Agustus 1945 beserta teks pembukaan UUD 1945. Pada edisi 20 Agustus, surat kabar yang menjadi cikal bakal Harian Kedaulatan Rakyat itu menerbitkan berita yang berisi imbauan Sultan HB IX agar rakyat rela berkorban demi kepentingan nusa dan bangsa.
Semarang
ADVERTISEMENT
Berita proklamasi dari Domei Jakarta juga sampai ke Wongsonegoro selaku Fuku Shuchookan (Wakil Residen Semarang) kala itu. Wongsonegoro lantas membacakan kabar kemerdekaan itu dalam sidang pleno.
Mendengar proklamasi RI, rakyat Semarang senang bukan main. Berbeda dengan serdadu Jepang di Semarang yang makin loyo setelah tahu negaranya kalah dari Sekutu. Kondisi ini dijadikan kesempatan oleh warga lokal untuk mengambil alih dan menguasai kantor berita Domei.
Tak hanya lewat Domei, berita proklamasi juga disiarkan oleh Masjid Besar Semarang menjelang salat Jumat.
“Umat yang hadir semuanya sangat terkejut karena yang pertama terdengar dari pemancar masjid bukan suara azan, melainkan Proklamasi Kemerdekaan,” tulis majalah Intisari edisi September 1965.
Boyolali
Berita proklamasi terlambat diterima oleh warga Boyolali karena alat komunikasi yang masih sulit diraih. Namun, berita tentang persiapan Proklamasi Kemerdekaan telah dapat diketahui oleh para tokoh pemuda Boyolali, salah satunya yakni Supeno sebagai utusan pemuda Barisan Pelopor Jakarta, pada 16 Agustus 1945.
ADVERTISEMENT
Pada 17 Agustus 1945, para pemuda mendengarkan berita dari Jakarta lewat radio yang disimpan secara rahasia di markas Barisan Pelopor Boyolali yang berpusat di rumah Amongwardoyo. Tak tinggal diam, pejuang Boyolali segera menyiarkan berita kemerdekaan dengan bantuan dari Angkatan Muda Indonesia (AMI).
Dua hari kemudian, seorang pemuda dari Solo bernama Indromarjoko memberikan sejumlah plakat kemerdekaan dan lencana merah putih untuk ditempelkan di dinding gedung tepi jalan. Tujuannya, agar masyarakat tahu mereka telah bebas dari penjajah.
------------------------------
Simak ulasan lengkap Gaung Proklamasi dengan follow topik Penyelamat Proklamasi. Story-story akan kami sajikan pada Kamis (16/8) hingga Sabtu (18/8).