Gerakan Politik Mahatma Gandhi Lewat Puasa 21 Hari

9 Mei 2019 16:34 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mahatma Gandhi. Foto: Getty Images
zoom-in-whitePerbesar
Mahatma Gandhi. Foto: Getty Images
ADVERTISEMENT
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), puasa diklasifikasikan sebagai verba. Yakni kata kerja yang artinya ‘menghindari makan, minum, dan sebagainya dengan sengaja (bertalian dengan agama)’. Namun, jauh sebelum kata itu tersemat di KBBI, masyarakat kerajaan Hindu di Nusantara pernah mengenalnya dengan sebutan upavasa.
ADVERTISEMENT
Kata itu berasal dari perbendaharaan bahasa Sanskerta. Upa berarti ‘dekat’, dan vasa artinya ‘hidup’. Tokoh spiritual India, Hariharananda Giri, menerjemahkannya sebagai hidup dengan penuh kesadaran akan nilai-nilai ketuhanan. Mempraktikan upavasa berarti menjalani hidup yang terpusat pada jiwa.
Dalam menjalani upavasa, manusia jadi lebih banyak memiliki waktu luang. Itu karena, waktu yang biasa digunakan untuk memikirkan makanan dan hal duniawi lain menjadi tak terpakai. Dalam agama Hindu, waktu luang itu pun digunakan untuk sadhana (latihan spiritual).
Sejumlah umat Hindu laki-laki ambil bagian dalam perayaan "Lathmar Holi" di dalam kuil di kota Barsana, di negara bagian utara Uttar Pradesh, India. Foto: REUTERS / Altaf Hussain
Dalam perjalanannya, praktik upavasa tak melulu soal ritual. Adalah Mohandas Karamchand Gandhi, atau lebih dikenal sebagai Mahatma Gandhi, mempraktikkan upavasa dengan tujuan yang berbeda.
Di tangan Gandhi, kegiatan menahan lapar dan haus tersebut menjadi sebuah gerakan politik untuk menentang kolonialisme Inggris. Puasa itu juga dilakukan untuk mendamaikan umat Islam dan umat Hindu yang saat itu dilanda konflik agama.
ADVERTISEMENT
Gandhi dan Puasanya
Gandhi percaya bahwa perlawanan tak harus dilakukan dengan kekerasan. Pria kelahiran 2 Oktober 1869 itu justru lebih memilih ‘diam’ sebagai bentuk protes. Ajaran diamnya itu pun dikenal sebagai Satyagraha. Suatu konsep yang diambilnya dari ajaran Hindu mengenai ahimsa, yakni sikap tanpa kekerasan.
Di India, Ghandi banyak memprotes kolonialisme Inggris. Bahkan, dia mengerahkan massa untuk menentang kebijakan Inggris yang selalu tidak adil. Kala itu, salah satu kebijakan Inggris yang kontroversial adalah tentang petani lokal yang tak boleh memanen garam.
Mahatma Gandhi (tengah). Foto: Getty Images
Lain dari itu, Inggris berencana untuk memecah India menjadi dua bagian. Pertama wilayah India untuk umat Hindu. Kedua, wilayah yang dinamakan Pakistan untuk umat Islam. Gandhi pun menolak usul tersebut. Menurut dia, pembagian wilayah itu hanya akan memperburuk keadaan dan membelah dua India.
ADVERTISEMENT
Maka, pada 6 Oktober 1942, Ghandi memutuskan untuk berpuasa selama 21 hari. Bukan seperti puasa umat Muslim yang diselingi waktu sahur dan berbuka puasa. Melainkan, benar-benar tidak makan selama 21 hari berturut-turut. Dalam periode itu, Gandhi hanya mengkonsumsi air putih.
Gandhi melakukan itu sebagai seruan pad umat Muslim dan Hindu agar tidak bertikai. dalam benaknya, pertikaian antar agama hanya akan menguntungkan Inggris. Puasa itu, dia harapkan menjadi pendorong agar umat beragama di India menurunkan egonya masing-masing.
Mahatma Gandhi. Foto: AFP
Puasa tersebut dijalankan Gandhi di kediaman sahabatnya yang beragama Muslim bernama Mohamad Ali. Di situ, dia pun dijaga dua dokter Muslim serta seorang perawat Kristen bernama Charles Freer Andrewa.
Dalam Gandhian Theory of Social Reconstruction (2006) karya Parmeshwari Dayal, dituliskan bahwa puasa Ghandi merupakan cara paling jujur untuk mengungkapkan sesuatu. Menurut Dayal, Ghandi percaya bahwa ada sains di balik berpuasa yang tidak diketahui orang lain.
ADVERTISEMENT
Ghandi yakin, puasa memiliki sebuah keajaiban. Yakni, manakala puasa memiliki sebuah motif spiritual, maka akan ada orang lain yang dapat terpengaruh olehnya. Seperti halnya kala Ghandi yang ingin mempengaruhi umat Islam dan Hindu agar tidak bertikai.
Makanya, puasa Ghandi ditujukan untuk menyentuh hati masyarakat India. Ghandi mengajarkan, jiwa masyarakat India harus terbebas dari nafsu untuk melenyapkan orang lain. Meski bayarannya adalah kelaparan dan tubuhnya yang jadi kurus kering.
Mahatma Gandhi. Foto: Getty Images
Dalam bukunya bertajuk Non Violance Resistance, Gandhi menyebut bahwa puasa adalah kekuatan. Manakala kekuatan fisik tak lagi mampu melakukan sesuatu, maka berpuasa menjadi satu-satunya cara.
“Puasa adalah senjata paling ampuh dalam Satyagraha,” kata Gandhi.
Memang, pada akhirnya India dan Pakistan resmi berpisah pada 15 Agustus 1947. Konflik antara umat Islam dan Hindu tak lagi bisa terbendung. Meski demikian, itu bukan berarti Ghandi gagal sepenuhnya. Sebab, dunia hingga saat ini tetap mengenang upaya dia dalam menyerukan perdamaian.
ADVERTISEMENT