Gereja Katolik AS Ungkap 188 Pastur Pelaku Pelecehan Seksual Anak

14 Februari 2019 11:43 WIB
clock
Diperbarui 21 Maret 2019 0:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Gereja Katolik. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gereja Katolik. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Gereja-gereja Katolik di negara bagian New Jersey, Amerika Serikat, mengungkapkan nama-nama 188 pastur pelaku pelecehan seksual terhadap anak yang terjadi selama puluhan tahun terakhir. Di antara nama itu terpada seorang mantan kardinal yang telah dipecat Vatikan.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters, para pastur itu berasa dari lima keuskupan di New Jersey, yaitu Camden, Trenton, Metuchen and Paterson, dan Newark. Kebanyakan para pastur ini telah meninggal dunia, sementara yang lainnya telah dipecat.
Pengungkapan ini dilakukan setelah dilakukan penyelidikan internal dokumen-dokumen di keuskupan. Kebanyakan peristiwa yang terjadi sejak 1940 ini telah dilaporkan ke kepolisian, kata Kardinal Newark, Joseph Tobin.
"Kami sangat berharap pengungkapan ini bisa memberikan rasa lega kepada korban yang masih hidup," kata Tobin.
Salah satu nama terkenal dalam daftar pelecehan seksual itu adalah bekas Kardinal Washington DC, Theodore McCarrick. Dia dituding melakukan pelecehan seksual terhadap anak berusia 16 tahun lebih dari 50 tahun lalu. Akibat tuduhan ini, dia dipecat oleh Vatikan.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya pada September lalu Jaksa Agung New Jersey Gurbir Grewal membentuk gugus tugas khusus untuk menyelidiki pelecehan seksual pemuka Katolik di wilayahnya. Di antara yang diselidiki adalah upaya gereja menutupi kasus-kasus tersebut.
"Penyelidikan kami masih berlangsung. Kami akan melaporkan tindakan kriminal jika diperlukan," kata Grewal.
Mitchell Garabedian, pengacara yang mewakili para korban di New Jersey mengatakan pengungkapan nama pelaku pelecehan ini tidak cukup.
"Melihat banyaknya pastur pelaku pelecehan seksual dan jangka waktu pelecehan seksual terjadi, layak dikatakan bahwa keuskupan di New Jersey telah lupa soal moral dan kebaikan terhadap anak-anak," kata Garabedian seperti dikutip dari Associated Press.