Gerindra: Kata Sontoloyo Tak Pantas Keluar dari Mulut Presiden

25 Oktober 2018 13:24 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:05 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jokowi usai pertemuan dengan TKN dan influencer di hotel Santika Bogor, Senin (22/10). (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Jokowi usai pertemuan dengan TKN dan influencer di hotel Santika Bogor, Senin (22/10). (Foto: Jihad Akbar/kumparan)
ADVERTISEMENT
Partai Gerindra menanggapi pernyataan Presiden Joko Widodo yang belakangan ini menuai pro dan kontra. Istilah seperti politik kebohongan dan politikus sontoloyo yang dilontarkan Jokowi menjadi perbincangan hangat bagi elite partai politik.
ADVERTISEMENT
Menanggapi hal itu, Jubir Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiade mengatakan, istilah itu keluar dari mulut Jokowi atas ekspresi kepanikan melihat kerja-kerja oposisi yang semakin hari menuai respons positif dari masyarakat.
“Itu tanda-tanda panik melihat survei Pak Prabowo dan Bang Sandi terus naik, survei Pak Jokowi cenderung stuck dan cenderung turun,” kata Andre, yang juga politikus Gerindra ini, Kamis (25/10).
Menurut Andre, dari hasil survei internal Partai Gerindra sangat positif bahwa elektabilitas Prabowo-Sandi terus mengalami kenaikan. Sedangkan, elektabilitas incumbent cenderung stagnan.
“Itu survei sebenarnya, ini survei internal kami yang menggambarkan keadaan utuh sebenarnya, bukan survei yang diindikasikan untuk menggiring opini. Jadi sehingga munculah kepanikan dan mulai keluar kata-kata yang tidak pantas seperti sontoloyo semacam makian,” ujar Andre.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, menurut Andre bahwa istilah politik kebohongan dan sontoloyo yang dilontarkan Jokowi sangat tidak pantas terucap dari seorang kepala negara. Sebab, ucapan itu terindikasi sebagai makian yang bisa memberikan pengaruh buruk terhadap demokrasi di Indonesia.
“Itu kan nggak pantas keluar dari mulut seorang presiden. Harusnya presiden sebagai teladan kepala negara, kepala pemerintahan, masa memaki di depan publik, ini contoh yang tidak pantas,” tegas politikus Gerindra itu.
“Tentu kalau makian ini terus dikeluarkan ke depan publik, ini membahayakan demokrasi kita, padahal kita mau jadikan demokrasi kita yang riang dan gembira, tapi yang keluar kok makian,” tutup Andre.