Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Gibran Kenang Benahi Solo dari Intoleransi: Disebut Cabang Tiongkok, Antek China
13 November 2024 15:34 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Wapres Gibran Rakabuming Raka menghadiri penutupan sidang raya Persatuan Gereja-Gereja Indonesia di Toraja, Sulawesi Selatan, Rabu (13/11).
ADVERTISEMENT
Gibran sedianya dijadwalkan hadir ketika pembukaan. Namun, ia tidak bisa hadir karena Presiden Prabowo melakukan kunjungan kerja ke luar negeri.
"Maaf saya tidak bisa datang pas pembukaan karena waktu itu Presiden kita Pak Prabowo melakukan kunker ke luar ngeri dan banyak pekerjaan dilimpahkan kepada saya dan mohon maaf saya baru sempat ke sini di acara penutupan," kata Gibran.
Gibran juga meminta maaf datang terlambat karena dirinya sempat menyapa masyarakat di pinggir jalan sembari membagikan susu hingga alat sekolah.
"Maaf terlambat karena keluar dari airport, sampai sini tadi lewat kantor Sinode kiri kanan banyak warga ingin menyapa dadah-dadah, tidak sopan kalau saya langsung lewat gitu saja," ucap Gibran.
"Tadi di beberapa titik saya terpaksa turun dari mobil bagikan susu, buku dan beberapa alat sekolah, saya mohon maaf sekali terlambat," tambah dia.
Gibran memberikan selamat kepada Pendeta Jacky Manuputty yang telah terpilih secara aklamasi menjadi Ketua PGI. Ia menitip pesan agar PGI bisa bersinergi dengan pemerintah pusat.
ADVERTISEMENT
"Kami mohon keluarga besar PGI bisa bersinergi dengan visi dan program pemerintah terutama mengatasi intoleransi," ucap dia.
Gibran pun menceritakan pengalaman ketika dirinya menjabat Walkot Solo. Ia menyebut, Kota Solo dulunya merupakan kota yang kurang toleran.
"Bapak, ibu tahu saya pernah Walkot Solo, Solo ini kota agak kurang toleran, banyak kejadian seperti ini. Jadi kalau di Solo tiap tahun ada perayaan Imlek, pemerintah pasang ornamen Imlek, patung semua Shio tapi enggak tahu pada saat saya menjabat banyak yang protes," kenang Gibran.
"Padahal Walkot sebelumnya enggak ada protes, tiap hari isinya protes terus, ini Solo disebut cabang Tiongkok, antek-antek China," tutur dia.
Putra sulung Jokowi ini sempat menyinggung kasus anak-anak yang merusak makam yang ada ornamen Nasrani. Ia mengaku miris dan langsung turun tangan menyelesaikan masalah itu,
ADVERTISEMENT
"Agak miris ada anak-anak sekolah hancurkan makam ada ornamen Nasrani, sekolah langsung saya tutup dan guru murid saya berikan pembekalan biar engga keterusan," ucap dia.
Gibran mengatakan, dirinya bekerja keras agar masalah intoleransi di Solo bisa dihilangkan. Ia bersyukur indeks toleransi di Solo meningkat selama kepemimpinannya.
"Puncaknya Solo masuk kota toleran nomor 9, tahun depannya masuk kota toleran nomor 4. Ini kerja keras seluruh warga, dukungan seluruh tokoh agama, kiai, romo, pendeta semua gotong royong biar image Solo tidak seram seperti dulu, dibutuhkan dialog damai dorongan semua tokoh agama, anak muda gotong royong agar tidak terjadi lagi," tutur dia.
Gibran berpesan kepada PGI bisa mengambil pelajaran dari pengalaman yang ia bagikan.
ADVERTISEMENT
"Saya buat event ogoh-ogoh, festival bali, festival kebudayaan sambil mengajak anak saya biar dari kecil tahu toleransi, biar dia tahu meski pulang dari sini banyak buli, 'Gibran kok ikut festival ogoh-ogoh sama anaknya' banyak dicibir. Saya tetep lurus, saya fasilitasi acara agama untuk semua agama dan golongan, jangan prioritaskan salah satu aja," kata Gibran.
"Saya titip toleransi di Indonesia tetap terjadi," tutup dia.