GISAID: Varian Omicron BF.7 Berasal AS dan Rusia, Bukan dari China

29 Desember 2022 17:05 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi virus corona Omicron. Foto: Dado Ruvic/REUTERS
ADVERTISEMENT
Global Initiative on Sharing Avian Influenza Data (GISAID) menyebutkan bahwa subvarian Omicron BF.7 Covid-19 bukan berasal dari China, melainkan Amerika Serikat dan Rusia.
ADVERTISEMENT
Lonjakan kasus Covid-19 yang terjadi di China saat ini disebabkan oleh adanya subvarian virus Covid-19 dari varian Omicron, BF.7.
India Express edisi 28 Desember 2022 menjelaskan, BF.7 bukanlah subvarian khas dari China. Tercatat subvarian ini menyumbang lebih dari 5 persen kasus di AS pada bulan Oktober 2022 dan lebih dari 7 persen kasus di Inggris.
Sejumlah warga menunggu di luar unit gawat darurat rumah sakit Chengdu, Sichuan, China pada Selasa (27/12/2022). Foto: Tingshu Wang/Reuters
Sedang The Times of India pada 25 Desember 2022 merilis, pihak China telah menyerahkan 25 sampel genetik baru dari Beijing, Mongolia Dalam, dan Guangzhou kepada GISAID — platform bersama berbagi data dan informasi patogen di dunia — untuk menjalani pemeriksaan lebih lanjut.
Dari hasil pemeriksaan, sampel yang diserahkan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok sangat mirip strain yang ditemukan di antara 14,4 juta genom Covid GISAID.
ADVERTISEMENT
Genom paling dekat dari sampel varian BF.7 yang telah diserahkan dikenal sebagai BA.5.2, dan telah ditemukan di AS dan Rusia musim panas ini.
Pekerja medis merawat pasien COVID-19 di unit perawatan intensif departemen darurat di rumah sakit Chaoyang Beijing di Beijing, China, Selasa (27/12/2022). Foto: China Daily via Reuters
Beberapa infeksi impor independen terdeteksi dari banyaknya kasus Covid-19 di Guangzhou, yang terdiri dari subvarian Omicron BA.5.2 sebelumnya. Namun, data menujukkan wabah Covid-19 yang menyerang Mongolia Dalam berasal dari varian baru BF.7, yang dikabarkan menyebar ke Beijing.
“[Hingga saat ini] tidak ada bukti pada saat ini yang menunjukkan adanya varian baru yang signifikan,” ujar pejabat eksekutif GISAID, Peter Bogner.
Kepala ilmuwan pusat ilmu data global GISAID di Singapura, Sebastian Maurer-Stroh, mengatakan bahwa rincian sampel genetik yang dikumpulkan hingga saat ini belum dapat dikatakan sebagai varian independen, melainkan strain impor yang beredar.
ADVERTISEMENT
Kerja sama antara China dan GISAID telah terjalin saat Covid-19 kembali merebak, dengan tujuan memudahkan komunikasi pada pihak luar jika ada mutasi virus yang mengkhawatirkan.
Hingga saat ini, jumlah kasus Covid-19 yang tercatat di China mencapai 37 juta infeksi baru setiap harinya. Hal ini menyebabkan timbulnya kekhawatiran dari berbagai pihak karena lonjakan kasus ini diduga dapat memacu perkembangan varian baru yang berbahaya yang sekali lagi akan menyebar ke seluruh dunia.
Sebelumnya diberitakan, China dilanda lonjakan kasus COVID-19 pada akhir 2022. Lonjakan ini terjadi setelah China memperlonggar kebijakan zero Covid-19 akibat masifnya protes masyarakat.
Kasus yang ditemukan mayoritas berasal dari varian Omicron BF.7. Jumlah kasus harian mencapai 1 juta bahkan diprediksi lebih.
ADVERTISEMENT
Akibat lonjakan kasus harian, rumah sakit di China saat ini berada di bawah tekanan kuat. Pasien COVID-19 terus berdatangan, sebagian besar adalah lansia.
Reporter: Andin Danaryati