Golkar Memanas, Airlangga Dinilai Diuntungkan karena Menteri Jokowi

3 November 2019 19:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
zoom-in-whitePerbesar
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
ADVERTISEMENT
Bukan Partai Golkar namanya kalau tak panas sebelum Munas. Kini, Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang diprediksi tak akan mengincar Ketum Golkar lagi karena sudah menjadi Ketua MPR, tetap bersiap bertarung dengan Airlangga Hartanto.
ADVERTISEMENT
Direktur eksekutif Lembaga Survei Indonesia (LSI) Djayadi Hanan menduga sudah ada kesepakatan politik antara Airlangga dan Bamsoet. Meski begitu, dia menilai kans Airlangga masih lebih kuat untuk menuju beringin satu.
"Saat ini saya kira posisi Pak Airlangga cenderung lebih kuat, karena dugaan saya sebagai menteri yang diangkat lagi oleh Pak Jokowi sebagai Menko [Perekonomian], Pak Airlangga tampaknya sudah mengantongi restu, dalam tanda kutip, ya," kata Djayadi di Erian Hotel, Jakarta, Minggu (3/11).
Ketua MPR Bambang Soesatyo (kiri) berjabat tangan dengan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto (kanan) saat menghadiri pelantikan pimpinan MPR periode 2019-2024 di ruang rapat Paripurna, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (3/10/2019). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
Dia melanjutkan, dengan restu dari Jokowi itu, pengurus Golkar akan lebih condong mendukung Airlangga sebagai ketum. Terlebih, kata Djayadi, DNA Golkar adalah partai pemerintah.
"Saya kira akan dibaca oleh pengurus Golkar secara umum sebagai restu bahwa Pak Airlangga-lah yang lebih dianggap cocok untuk menjadi Ketum Golkar, kecuali kalau Pak Jokowi membuat kebijakan bahwa ketum enggak boleh jadi menteri, menteri yang ketum harus mundur, ya, kayaknya itu enggak mungkin," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Kendati demikian, Djayadi belum bisa memprediksi secara detail peta kekuatan Partai Golkar saat ini. Namun, soal rencana majunya Bamsoet, Djayadi menilai itu hanya bagian dari dinamika Munas.
Sebab, dengan kultur politik partai penguasa orde baru itu, memilih ketum dengan cara aklamasi bukan karakteristik Golkar.
"Kalau misalnya Munas Golkar itu aklamasi 'kan dari awal sudah gini 'kan, kurang ramai juga. Jadi, saya kira ini bagian dari dinamika Munas, manuver-manuver menuju Munas. Tetapi dugaan saya, deal-nya sudah ada dengan diterimanya Pak Bamsoet jadi Ketua MPR. Kecuali deal-nya itu mau diubah lagi atau mau dibatalkan," sebutnya.
Sebelumnya, internal Golkar kembali memanas. Belakangan pengurus DPP Golkar juga tak tahu perihal rangkaian acara menuju Munas, bahkan Korbid Kepartaian Golkar Ibnu Munzir sampai pamit dari grup WhatsApp DPP Partai Golkar.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan informasi yang dihimpun, Pleno Golkar akan digelar pada 5 November, sementara Rapimnas berlansung pada 7 November, dan 3-5 Desember diperkirakan Munas akan diselenggarakan di Jakarta.