Golkar Partai Dewasa, Kalau Ditembus Penguasa Tak Ada Lagi Parpol Terbuka

18 Maret 2024 14:40 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto di kampanye pamungkas bertajuk Konser Menjemput Kemenangan di Lembang, Bandung, Jumat (9/2/2024). Foto: Golkar
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto di kampanye pamungkas bertajuk Konser Menjemput Kemenangan di Lembang, Bandung, Jumat (9/2/2024). Foto: Golkar
ADVERTISEMENT
Partai Golkar akan menghadapi Munas--yang juga ada pemilihan ketum baru. Ini menjadi menarik karena muncul kabar Presiden Jokowi juga ikut bursa ketum Golkar.
ADVERTISEMENT
Founder KedaiKopi, Hendri Satrio, menilai Munas ke depan akan menentukan nasib Partai Golkar ke depan. Saat ini, Golkar merupakan partai terbuka yang terbesar di Indonesia.
Artinya, partai yang bisa diisi oleh siapa pun tanpa ada satu sosok atau tokoh sentral di dalamnya.
Namun, Munas kali ini jadi tantangan bagi Golkar. Apakah, kata Hendri Satrio, Golkar bisa mempertahankan AD/ART yang berlaku selama ini.
"Saat ini yang menarik dari apa yang terjadi di Golkar ini bagaimana kita melihat dewasanya parpol menjaga rumahnya sendiri dari rongrongan pemerintah yang berkuasa," kata Hendri saat dihubungi, Senin (18/3).
Ketua Umum Golkar Airlangga Hartarto tiba di lokasi Kampanye Akbar Golkar di Lapangan Panahan Stadion Pakansari, Bogor, Rabu (7/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
Jokowi memang bisa saja masuk jadi kader Golkar, tapi tidak serta merta bisa jadi pengurus apalagi ketua umum. Sebab, seseorang yang ingin jadi ketum minimal 5 tahun jadi menjadi pengurus.
ADVERTISEMENT
Tapi, soal AD/ART, kata Hensat, bukan tidak mungkin berubah demi masuknya Jokowi. Inilah yang akan jadi tantangan bagi Golkar ke depan.
"Kalau kemudian Golkar berhasil ditembus, bukan tidak mungkin partai terbuka tidak ada lagi di Indoensia," ujar dia.
"Jadi sekarang sebatas Golkar, PAN, PPP, yang akhirnya kalau ini berhasil ditembus maka parpol lain akan memang memilih memiliki tokoh sentral seperti PDIP, Gerindra, Demokrat sehingga tidak diambil atau tidak direbut oleh penguasa si parpolnya," tambah dia.
Terlebih, saat ini kinerja Airlangga Hartarto sebagai ketum sedang bagus-bagusnya. Pileg 2024 menunjukkan hasil yang begitu positif.
Suara Pileg diperkirakan mencapai 15%-16%, kursi di DPR lebih dari 100, hingga kemenangan di 15 dari 38 provinsi di Indonesia. Meski secara kumulatif nasional, suara di bawah PDIP.
ADVERTISEMENT
Host program DipTalk kumparan Aji Surya (kiri) saat mewawancarai Hendri Satrio Analis Politik sekaligus Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI di kantor kumparan. Foto: Fitra Andrianto/kumparan
Karena itu, 'agak laen' Golkar bila tidak melanjutkan kesuksesan yang telah dibangun oleh Airlangga sejauh ini.
"jadi pelajaran dari Partai Golkar ini cukup besar ya bukan cuma soal Airlangga vs Jokowi, atau Jokowi vs Munaslub atau loyalis Airlangga dengan yang lain tapi bagaimana Golkar ini sebagai partai terbuka yang harusnya bisa dicontoh tetap membuktikan dirinya terbuka dan menjaga AD/ART-nya itu sungguh-sungguh," jelas dia.
"Karena kalau gagal kemudian direbut akan sulit lagi ada parpol yang terbuka seperti Golkar dan kembali parpol kovensional yang memilih mengandalkan tokoh sentral atau keluarga sentral," ucap dia.