Gramedia Pustaka Utama: Kami Kehilangan Tere Liye

6 September 2017 15:02 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Tere Liye (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tere Liye (Foto: Muhammad Faisal Nu'man/kumparan)
ADVERTISEMENT
Penulis buku-buku bestseller Tere Liye memutuskan untuk tidak lagi menerbitkan seluruh bukunya di penerbit-penerbit Indonesia. Keputusan itu ia umumkan melalui laman Facebook-nya pada Selasa (5/9) malam.
ADVERTISEMENT
Dalam pengumuman itu Tere mengungkapkan, dirinya telah meminta Penerbit Gramedia Pustaka Utama dan Republika untuk berhenti menerbitkan seluruh bukunya.
Alasan Tere mengambil keputusan yang mengejutkan banyak orang itu adalah karena tidak-adilnya perlakuan pajak kepada profesi penulis. “Dan tidak pedulinya pemerintahan sekarang menanggapi kasus ini,” tulis Tere dalam laman Facebook-nya.
Terkait ketidakadilan perlakuan pajak kepada profesi penulis, Tere menyebut penulis buku adalah orang yang membayar pajak paling banyak dibanding dengan profesi-profesi lainnya.
Dioinisius Wisnu dari bagian Hubungan Masyarakat Penerbit Gramedia Pustaka Utama membenarkan kabar terkait keputusan Tere Liye tersebut.
"Benar, untuk saat ini GPU (Gramedia Pustaka Utama) diminta untuk tidak mencetak ulang atau menerbitkan buku-bukunya karya Tere Liye," jelas Wisnu saat dikonfirmasi kumparan, Rabu (6/9) siang.
ADVERTISEMENT
Wisnu mengatakan pernyataan keputusan yang menyedot perhatian publik itu baru Tere sampaikan Selasa (5/9) malam sesuai apa yang ia tuliskan dalam laman Facebook-nya.
Namun begitu, sebulan sebelum mengumumkan keputusannya itu di Facebook, Tere telah menyampaikan pemberitahuan halus kepada pihak GPU.
Menanggapi keputusan dari Tere Liye tersebut, pihak GPU merasa kehilangan terhadap Tere Liye dan karya-karyanya.
"Jadi di satu sisi kami merasa kehilangan, tapi di satu satu sisi kami tetap menghargai keputusan Bang Tere," ujar Wisnu.
Toko Buku Gramedia. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Toko Buku Gramedia. (Foto: Wikimedia Commons)
Untuk menghargai keputusan dari Tere Liye tersebut, pihak GPU kini melakukan hal-hal sesuai apa yang diminta Tere, yakni tidak lagi mencetak atau menerbitkan buku-buku Tere Liye dan tetap menjual buku-buku Tere Liye yang masih ada di toko-toko buku hingga habis secara alamiah.
ADVERTISEMENT
"Jadi ketika (buku-buku) itu habis (terjual), tidak ada permintaan untuk cetak ulang," kata Wisnu menjelaskan maksud habis secara alamiah. "Jadi ketika habis, sudah, habis saja."
Sebelum mengambil keputusan besar itu, Tere mengaku dirinya telah mencoba mengajak instansi pemerintah terkait mengenai keluhannya atas ketidak-adilan pajar pada profesi penulis.
“Saya sudah setahun terakhir menyurati banyak lembaga resmi pemerintah, termasuk Dirjen Pajak, Bekraf, meminta pertemuan, diskusi,” tulis Tere.
Namun menurutnya, upayanya itu tidak membuahkan hasil. “Bahkan surat-surat itu tiada yang membalas, dibiarkan begitu saja nampaknya,” imbuhnya.
“Atas progres yang sangat lambat tersebut, dan tiadanya kepedulian orang-orang di atas sana, maka saya Tere Liye, memutuskan menghentikan menerbitkan buku di penerbit-penerbit, Gramedia Pustaka Utama dan Penerbit Republika, per 31 Juli 2017 lalu,” tegasnya.
ADVERTISEMENT
Wisnu mengatakan, pernyataan Tere Liye berarti, seluruh proses cetak ulang buku-buku lami ataupun cetak perdana buku baru Tere Liye harus sudah berhenti sebelum tanggal tersebut.