Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Grand Syekh Al Azhar: Umat Islam Sangat Berutang Jasa Kepada Muhammadiyah
12 Juli 2024 4:29 WIB
·
waktu baca 3 menitADVERTISEMENT
Imam Besar atau Grand Syekh Al Azhar Mesir, Ahmad Al Thayyib, mengunjungi kantor PP Muhammadiyah di Menteng, Jakarta Pusat, pada Kamis (11/7). Kedatangan Thayyib dikemas dalam dialog bertajuk "Peran Al Azhar dan Muhammadiyah dalam Penyebaran Wasatiyah Islam dan Mewujudkan Perdamaian Dunia".
ADVERTISEMENT
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Syafiq Mughni pada kesempatan itu menyampaikan Muhamadiyah telah menerima Zayed Award Human Fraternity (ZAHF) di bidang persaudaraan kemanusiaan.
Terkait penghargaan ini, Thayyib mengaku bangga dan menyampaikan bahwa umat islam sangat berutang jasa kepada Muhammadiyah.
"Umat Islam sangat berutang jasa kepada Muhammadiyah, sehingga Muhammadiyah berhak atas penghargaan internasional Zayed Award," katanya.
Menurut dia, penghargaan itu lebih kecil daripada apa yang seharusnya didapatkan oleh Muhammadiyah. “Mengingat kontribusinya dalam hal pendidikan, sosial, dakwah, dan mempromosikan perdamaian dunia," ucapnya.
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, berterima kasih kepada keluarga besar Al Azhar yang telah menjadi role model bagi Muhammadiyah dalam pengembangan pendidikan dan penyebaran Islam.
“Al Azhar bagi kami dan bahkan bagi umat Islam bangsa Indonesia sudah lekat dalam sejarah perjalanan dunia karena kami yakin dan kami tahu belajar dari sejarah bahwa Al Azhar adalah salah satu dari tonggak peradaban Islam," kata Haedar.
ADVERTISEMENT
Haedar lalu menyampaikan kelekatan Muhammadiyah dan Al Azhar. Dia menyebut, pendiri Muhammadiyah, Kiai Ahmad Dahlan, belajar dan menyerap ide ide dari Muhammad Abduh Al Azhar. Selain itu, Ketua Muhammadiyah tahun 1937-1942, Kiai Haji Mas Mansur adalah lulusan Al Azhar. Prof Kahar Muzakir, pahlawan Nasional, juga pendidikan Al Azhar dan menjadi diplomat setelah Indonesia Merdeka. Buya Hamka pada tahun 1958 bahkan mendapat gelar dari Al Azhar setingkat doktor Honoris Causa.
“Ini menunjukkan betapa rekat dan lekatnya Muhammadiyah dengan Al Azhar," tuturnya.
Haedar menilai kunjungan Ahmad Al Thayyib memberi muatan bagi Muhammadiyah dan Al Azhar untuk terus menyebarluaskan ide-ide wasatiyatul Islam.
“Bagi kami bahwa ayat wa kazalika jaalnakum ummataw wasatal terkait dengan litakunu syuhada'a alan-nasi. Yakni umat yang wasatiyah, yang tengahan itu bukan hanya adil, baik, unggul, tetapi juga maju dan menjasi syahid bagi peradaban manusia di berbagai bidang," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Haedar memberi penghargaan tinggi atas kiprah Ahmad Al Thayyib yang telah mempelopori wasatiyatul Islam di tingkat dunia. Bersama Paus Fransiskus terus bergerak untuk menjaga bandul wasatiyah di tengah dunia global yang penuh dengan ekstrimitas.
Haedar juga berharap tokoh-tokoh dunia dan dunia Islam terus mewujudkan Palestina yang merdeka dan tata dunia baru yang damai di Timur Tengah.
“Kalau Palestina belum menemukan solusi yang terbaik, sampai kapan pun akan menumbuhkan benih benih ekstrimitas dalam berbagai dimensi kehidupan," kata Haedar.