Greta Thunberg Usai Dideportasi Israel: Jangan Memalingkan Pandangan dari Gaza

7 Oktober 2025 11:08 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Greta Thunberg Usai Dideportasi Israel: Jangan Memalingkan Pandangan dari Gaza
Greta Thunberg akhirnya tiba di Yunani usai dideportasi Israel.
kumparanNEWS
Aktivis Swedia Greta Thunberg tiba di Bandara Internasional Eleftherios Venizelos Athena, di Athena, Yunani, Senin (6/10/2025). Foto: Louisa Gouliamaki/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Aktivis Swedia Greta Thunberg tiba di Bandara Internasional Eleftherios Venizelos Athena, di Athena, Yunani, Senin (6/10/2025). Foto: Louisa Gouliamaki/REUTERS
ADVERTISEMENT
Aktivis asal Swedia, Greta Thunberg, akhirnya tiba di Yunani usai dideportasi Israel karena dituduh memasuki perairannya secara ilegal. Selain Greta, ada 160 aktivis lainnya yang dideportasi ke Yunani.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari AFP, Selasa (7/10), kedatangan Greta dan 160 aktivis lainnya disambut meriah di Bandara Internasional Athens. Greta pun menyebut Global Sumud Flotilla sebagai upaya terbesar yang pernah ada untuk mematahkan pengepungan ilegal dan tidak manusiawi yang dilakukan Israel melalui laut.
"Sungguh memalukan bahwa misi ini harus ada," katanya.
Greta kemudian mendesak dunia untuk bertindak mencegah Israel melakukan genosida terhadap warga Palestina.
"Kami bahkan tidak melihat upaya minimum dari pemerintah kita," ujarnya.
"Saya bisa bercerita panjang lebar mengenai penganiayaan yang kami alami, percayalah. Tapi bukan itu ceritanya," katanya lagi.
Aktivis Swedia Greta Thunberg tiba di Bandara Internasional Eleftherios Venizelos Athena, di Athena, Yunani, Senin (6/10/2025). Foto: Louisa Gouliamaki/REUTERS
"Kita tidak bisa memalingkan pandangan kita dari Gaza," lanjutnya.
Salah satu aktivis yang dideportasi bersama Greta adalah anggota Parlemen Eropa keturunan Prancis-Palestina, Rima Hassan. Ia mengaku dipukul oleh polisi Israel setelah kapal yang ditumpanginya dicegat.
ADVERTISEMENT
"Saya dipukul oleh 2 anggota polisi saat mereka memasukkan saya ke dalam van," kata Hassan.
Dia juga mengungkap bersama tahanan lainnya ditahan secara berkelompok hingga 15 orang per sel di penjara Israel.
Anggota komite pengarah Global Sumud Flotilla, Yasmin Acar, mengatakan Israel memperlakukan para aktivis seperti binatang dan teroris.
"Kami disiksa, kami dilarang tidur. Kami tidak punya ar bersih. Dalam 48 jam pertama tidak ada makanan dan minuman sama sekali," kata Acar.
Meski demikian, Israel membantah melakukan penganiayaan dan menegaskan tuduhan itu tidak benar.