Guntur Cerita Masa Muda Megawati: Sembunyikan Bendera Pusaka di Perutnya

3 November 2024 15:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Guntur Soekarnoputra di acara peluncuran buku Sangsaka Melilit Perut Megawati di Puri Agung Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Minggu (3/11/2024). Foto: Haya Syahira/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Guntur Soekarnoputra di acara peluncuran buku Sangsaka Melilit Perut Megawati di Puri Agung Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Minggu (3/11/2024). Foto: Haya Syahira/kumparan
ADVERTISEMENT
Putra sulung Presiden ke-1 RI Sukarno, Guntur Soekarnoputra, bercerita tentang aksi heroik adiknya Megawati Soekarnoputri 'menyelundupkan' bendera pusaka.
ADVERTISEMENT
Momen ini terjadi mendekati perayaan hari kemerdekaan 17 Agustus 1967 silam. Saat itu Megawati mendapatkan tugas penting untuk membawa bendera pusaka dari rumah ibunya, Fatmawati, ke tempat karantina Sukarno di Wisma Yaso.
“Ibu (Fatmawati) puter otak bagaimana caranya, akhirnya dia dapet ide bagaimana caranya bendera pusaka ini harus dikembalikan lagi ke Bung Karno,” cerita Guntur saat bedah buku buku Sang Saka Melilit Perut Megawati yang ditulis oleh dirinya sendiri, Minggu (3/11).
“Ada persoalan siapa yang bawa ini bendera, kemudian ibu memutuskan Adis (nama kecil Megawati) waktu itu,” lanjutnya.
Guntur bercerita bahwa tugas ini berat, karena Megawati harus melewati pemeriksaan petugas yang ketat.
Presiden ke-5 Megawati Soekarnoputri, Try Sutrisno, Pramono Anung hingga Rano Karno menghadiri peluncuran buku Sang Saka Melilit Perut Megawati dan perayaan ulang tahun ke 80 Guntur Soekarno, di Puri Agung Sahid Jaya Hotel, Jakarta, Minggu (3/11). Foto: Haya Syahira/kumparan
“Jangankan bawa benda-benda yang aneh atau bagaimana. Kalau ibu kirim sayur lodeh aja itu oleh komandan jaga itu di Wisma Yaso dengan bayonet diudek-udek sayur lodehnya,” cerita Guntur.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, Megawati yang saat itu masih berusia 20 tahun bersedia menjadi kurir bendera untuk diantarkan ke ayahnya dengan cara melilitkan bendera yang dijahit ibunya itu ke tubuhnya.
Setelah itu, Megawati menggunakan kebaya longgar untuk menyamarkan perutnya yang membesar karena membawa bendera.
“Ibu pesan, kalau ditanya kenapa gemuk atau bagaimana, bilang aja hamil muda,” kata Guntur.
“Saya cuma bisa geleng-geleng kepala, ini kerjaan gila. Akhirnya dilaksanakan, alhamdulillah sampai ke Bung Karno, dibawa ke kamar Bung Karno, di sana dibuka kemudian diserahkan kepada utusan orde baru,” kenangnya.
Kisah ini, Guntur abadikan dalam buku terbarunya buku Sang Saka Melilit Perut Megawati, humaniora, sejarah, dan nasionalisme internasionalisme. Ia dibantu oleh putrinya, Puti Puti Guntur Soekarno dan Ketua DPP PDIP Ahmad Basarah selaku editor.
ADVERTISEMENT
Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri, Wakil Presiden ke-6 RI Try Sutrisno, hingga pasangan Cagub-Cawagub Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung dan Rano Karno pun tampak hadir langsung di acara bedah buku sekaligus acara peringatan ulang tahun ke 80 Guntur Soekarnoputra itu.