Gunung Anak Krakatau Meletus 56 Kali, Status Tetap Waspada

12 Juli 2018 12:32 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gunung Anak Krakatau meletus. (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Anak Krakatau meletus. (Foto: Dok. BNPB)
ADVERTISEMENT
Gunung Anak Krakatau kembali meletus untuk kesekian kali. Kali ini, gunung yang terletak di Selat Sunda, Provinsi Lampung, itu, meletus sebanyak 56 kali dengan tinggi kolom abu 200 meter hingga 1.000 meter di atas puncak kawah, Rabu (11/7).
ADVERTISEMENT
"Selama 24 jam dari pukul 00.00-24.00 WIB pada 11 Juli 2018, Gunung Anak Krakatau meletus 56 kali kejadian, dengan amplitudo 25-53 milimeter, dan durasi letusan 20-100 detik," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangannya, Kamis (12/7).
Letusan-letusan tersebut disertai lontaran abu vulkanik, pasir dan suara dentuman. Secara visual, kata Sutopo, sinar api dan guguran lava pijar dapat teramati pada malam hari.
Gunung Anak Krakatau meletus. (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Anak Krakatau meletus. (Foto: Dok. BNPB)
"Embusan 141 kejadian, dengan durasi 20-172 detik," ungkapnya.
Meski mengalami rentetan letusan, Sutopo memastikan status Gunung Anak Krakatau masih berada di level dua atau Waspada. Bahkan, status itu tidak berubah sejak ditetapkan pada 26 Januari 2012 hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
"Artinya, aktivitas vulkanik di atas normal sehingga terjadinya letusan dapat terjadi kapan saja. Tidak membahayakan selama masyarakat tidak melakukan aktivitasnya di dalam radius 1 kilometer," papar Sutopo.
Pada Selasa (10/7), Gunung Anak Krakatau meletus 99 kali dengan amplitudo 18-54 mm, dengan durasi letusan 20-102 detik. Bahkan letusan yang disertai suara dentuman sebanyak 10 kali tersebut menyebabkan kaca pos pengamat gunung sempat bergetar.
"Embusan tercatat 197 kali dengan durasi 16-93 detik," imbuh Sutopo.
Sutopo menerangkan, banyaknya letusan yang dikeluarkan Gunung Anak Krakatau, memang sudah berlangsung sejak 18 Juni 2018 seiring meningkatnya aktivitas vulkanik. Hal itu terjadi akibat adanya pergerakan magma yang ke luar permukaan.
Letusan-letusan tersebut juga tidak membahayakan penerbangan pesawat terbang. "Volcano Observatory Notice For Aviation orange (VONA), jalur pelayaran di Selat Sunda pun tetap aman," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Letusan Gunung Anak Krakatau adalah hal biasa. Pasalnya, gunung yang baru muncul dari permukaan laut pada 1927 itu, akan terus aktif untuk tumbuh dengan melakukan erupsi. Berdasarkan catatan sementara, Gunung Anak Krakatau mengalami peningkatan 4 hingga 6 meter per tahun.
Gunung Anak Krakatau meletus. (Foto: Dok. BNPB)
zoom-in-whitePerbesar
Gunung Anak Krakatau meletus. (Foto: Dok. BNPB)
"Energi erupsi yang dikeluarkan juga tidak besar. Sangat kecil sekali peluang terjadi letusan besar seperti letusan Gunung Krakatau pada 1883. Bahkan beberapa ahli mengatakan tidak mungkin untuk saat ini. Jadi tidak perlu dikhawatirkan," imbuhnya.
Oleh karenanya, Sutopo meminta masyarakat untuk tidak panik. Yang penting, kata Sutopo, masyarakat tetap mematuhi rekomendasi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi yang meminta untuk tidak beraktivitas di dalam radius 1 km dari puncak kawah.
ADVERTISEMENT
"Di luar itu aman. Justru dapat menikmati fenomena erupsi Gunung Anak Krakatau dari tempat aman," pungkas Sutopo.