Gunung Anak Krakatau Meletus Hampir Setiap Hari

7 September 2018 19:15 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7). (Foto: AFP PHOTO / FERDI AWED)
zoom-in-whitePerbesar
Lava pijar dari Gunung Anak Krakatau di perairan Selat Sunda, Kalianda, Lampung Selatan, Kamis (19/7). (Foto: AFP PHOTO / FERDI AWED)
ADVERTISEMENT
Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda, Provinsi Lampung, dilaporkan meletus hampir setiap hari. Hal ini disebabkan oleh aktivitas vulkanik yang terus meningkat.
ADVERTISEMENT
Peristiwa ini dilaporkan oleh Kepala Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, Jumat (9/7). Namun, meskipun Gunung Anak Krakatau meletus setiap hari, hal ini tidaklah berbahaya selama berada di luar radius 2 km dari puncak kawah. Status gunung tersebut kini adalah waspada.
Selain itu, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), aktivitas gunung tersebut sampai Jumat (7/9), mengalami gempa tremor terus menerus. Hal ini tampak dari sinar api dan terdengarnya suara dentuman.
Gunung api dengan ketinggian 305 meter dari permukaan laut (mdpl) itu, cuaca di sekitarnya cerah, berawan, mendung, dan hujan. Angin bertiup lemah ke arah timur, selatan, dan barat daya. Suhu udara 25-33 derajat Celsius, kelembapan udara 65,9-82 persen, dan tekanan udara 0-0 mmHg.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Senin (3/9), seperti yang dilaporkan Humas ITB, Gunung Anak Krakatau mengeluarkan letusan-letusan kecil yang dicirikan oleh erupsi vertikal setinggi 200-300 m dari puncaknya.
Menurut pakar volkanologi ITB Dr.Eng. Mirzam, Letusan-letusan yang terjadi di Gunung Anak Krakatau telah memperlihatkan waktu erupsi yang konsisten setiap dua tahun.
"Kini, Krakatau Purba, sudah kehilangan tubuh utamanya, sementara Sang Anak Krakatau baru menyusun tubuhnya, dengan letusan-letusan yang sejak 2008 memperlihatkan waktu erupsi yang konsisten yaitu sekitar dua tahunan, yaitu 2008, 2010, 2012, 2014 dan sejak februari 2017 hingga sekarang memperlihatkan peningkatan aktifitas," pungkasnya.
Meski begitu, jika letusan pun sampai terjadi, Gunung Anak krakatau kemungkinan hanya memuntahkan letusan kecil yang diikuti lelehan aliran lava.
ADVERTISEMENT
"Sebuah indikasi yang baik bahwa material letusan-letusan kecil yang terjadi hanya disebabkan oleh air yang terpanaskan tanpa melibat magma. Jika pun letusan terjadi, Anak Krakatau kemungkinan besar hanya berupa letusan kecil yang mungkin akan diikuti lelehan aliran lava," ujar Dr. Mirzam.
Sebelumnya, Gunung tersebut tercatat mengeluarkan letusan-letusan kecil yang dicirikan oleh erupsi vertikal setinggi 200-300 m dari puncaknya.
Sepanjang Sabtu hingga Minggu dini hari 2 September 2018, atau hanya dalam sehari, Gunung Anak Krakatau mengeluarkan 56 kali letusan, 207 kali hembusan, dan lima kali tremor harmonik dengan status tetap pada Level II (Waspada).