Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Guru: Anak-anak Pelaku Bomber Gereja juga Korban
15 Mei 2018 15:13 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
ADVERTISEMENT
Maulana, kepala sekolah tempat Fadhila Sari dan Famela Rizqita bersekolah, ikut sedih. Dia merasa dua anak belia dari Dita Oepriarto dan Puji Kuswati itu tak seharusnya tewas di usia sangat muda. Mereka jadi korban aksi orang tuanya dalam bom gereja.
ADVERTISEMENT
Hal ini disampaikan Maulana saat berbincang dengan kumparan (kumparan.com ) tentang Fadhila dan Famela. Maulana menceritakan, kasus bom bunuh diri di Surabaya yang melibatkan keduanya sangat disayangkan. Bagaimana pun, mereka masih anak-anak yang belum bisa membuat keputusan sendiri.
“Kami merasa anak-anak itu jadi korban. Apapun itu siswa kita. Tapi ketika sampai ke ranah orang tua kita tidak tahu apa yang dilakukan,” kata Maulana.
Terkait kasus ini, pihak sekolah tidak tinggal diam. Bakal ada program pendampingan bagi anak-anak yang satu kelas dengan Fadhila dan Famela di kelas VI dan kelas II. Para orang tua juga akan aktif dilibatkan.
“Kebetulan komite ini dan kebetulan ada orang tua yang psikolog. jadi kita akan pendampingan, memberikan assesment. Untuk memberikan nasihat dan motivasi agar tidak mengganggu,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, sekolah sedang libur karena baru selesai menjalani ujian. Para siswa akan kembali ke sekolah Senin pekan depan.
Prestasi Fadhila dan Famela
Maulana juga menceritakan prestasi Fadhila dan Famela di sekolah. Kedua anak itu dikenal sebagai siswi-siswi yang menonjol dalam hafalan surat-surat pendek di Al Quran. Lalu, Famela juga aktif di program ekstrakulikuler Tapak Suci dan menggambar.
“Dia hafal beberapa surat yang ada di juz 30. Semuanya, yang kelas II dan kelas VI. Rata-rata murid sini punya kemampuan hafal lebih banyak daripada yang di luar. Karena kita ada program hafal Quran juz 30,” tambahnya.
Secara psikologis, keduanya juga tak menunjukkan ada perbedaan dengan anak-anak lain. Mereka tetap terlihat ceria dan periang serta masih mau mengikuti seluruh pelajaran yang diberikan, termasuk soal pelajaran pengenalan agama dan rumah ibadah agama lain.
ADVERTISEMENT