Guru Besar UI: Ada Intimidasi Sebelum Deklarasi 'Demokrasi Terkoyak'

2 Februari 2024 15:20 WIB
ยท
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dewan Guru Besar UI melakukan Deklarasi Kebangsaan di Gedung Rektorat UI, Jumat (2/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dewan Guru Besar UI melakukan Deklarasi Kebangsaan di Gedung Rektorat UI, Jumat (2/2/2024). Foto: Thomas Bosco/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Guru Besar Universitas Indonesia (UI), Profesor Harkristuti Harkrisnowo mengatakan sejumlah anggota yang tergabung dalam kelompoknya itu sempat mendapatkan intimidasi dari seseorang yang mengaku sebagai alumni UI.
ADVERTISEMENT
"Kami mendapat WA dari salah seorang mahasiswa kami yang mengatakan dia kecewa sekali kenapa UI ikut-ikut UGM, ikut-ikut UII dan lain-lain karena harusnya kita bisa pergi ke pejabat berwenang dan menyampaikan ide-ide," ujarnya kepada wartawan usai Deklarasi Damai Kebangsaan di depan Rektorat UI, Depok, Jumat (2/2).
Dia mengaku tidak mengetahui siapa orang tersebut, akan tetapi mereka diintimidasi agar tidak melakukan Deklarasi Kebangsaan itu.
"Ya kami tidak ngapa-ngapain kami hanya mengatakan 'Anda waktu di kampus diajari yang namanya akademik freedom kebebasan akademik dan etika akademik' dan itulah yang kami lakukan hari ini," tutupnya.
Berikut deklarasi kebangsaan yang dibacakan:
Pesan Kebangsaan Sivitas Akademika UI
Genderang Universitas Indonesia bertalu kembali
Kampus kami adalah kampus perjuangan, yang telah melahirkan para petarung yang berdiri paling depan dalam menghadapi berbagai peristiwa berat bangsa ini.
ADVERTISEMENT
Para pendahulu kami, bahkan telah menumpahkan darahnya, sebut saja Arif Rahman tahun 1965, Yun Hap di tahun 1998, dan tak terbilang pula mereka yang dipenjara tanpa pengadilan tahun 1974 dan 1978 karena menolak penguasa otoriter.
Sungguh pun tampak diam, seakan kami tenggelam dalam kerja-kerja akademik di ruang kelas, di ruang seminar, laboratorium, berdiam diri dalam tumpukan buku, atau menulis gagasan di ujung pena, kami tetap mewaspadai hidupnya demokrasi dan mewaspadai pula kedaulatan agar tetap di tangan rakyat.
Lima tahun terakhir, utamanya menjelang pemilu 2024 ini, kami kembali terpanggil untuk menabuh genderang, membangkitkan asa, dan memulihkan demokrasi negeri yang terkoyak.
Negeri kami tampak kehilangan kemudi akibat kecurangan dalam perebutan kuasa, nihil etika, menggerus keluhuran budaya serta kesejatian bangsa.
ADVERTISEMENT
Kami, warga dan alumni Universitas Indonesia prihatin atas hancurnya tatanan hukum dan demokrasi. Hilangnya etika bernegara dan bermasyarakat, terutama korupsi, kolusi, dan nepotisme yang telah menghancurkan kemanusiaan, dan merampas akses keadilan kepada kelompok-kelompok miskin terhadap berbagai hak yang berkaitan dengan kelayakan hidup.
Keserakahan atas nama pembangunan tanpa naskah akademik berbasis data, tanpa kewarasan akal budi dan kendali nafsu keserakahan, telah menyebabkan semakin punahnya sumberdaya alam hutan, air, kekayaan di bawah tanah dan laut, memusnahkan keanekaragaman hayati, dan hampir semua kekayaan bangsa kita.
Mereka lupa bahwa di dalam hutan, di pinggir sungai, danau dan pantai, ada orang ada manusia, ada flora dan fauna, dan keberlangsungan kebudayaan masyarakat adat, bangsa kita. Bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kami resah dan sekaligus geram atas sikap dan tindak para pejabat, elite politik dan hukum yang mengingkari sumpah jabatan mereka untuk menumpuk harta pribadi, menumpuk kekuasaan, membiarkan negara tanpa tata kelola dan digerus korupsi yang memuncak menjelang Pemilu.
Kami cemas kegentingan saat ini akan bisa menghancurkan masa depan bangsa dan ke-Indonesiaan kita.
Mr Soepomo, salah seorang perumus Konstitusi, UUD 45, Rektor UI tahun 1951-1954, pernah berpesan agar sivitas akademika Universiteit van Indonesia dengan otonomi atau kebebasan akademik yang melekat, dapat merebut kembali zaman keemasan Sriwijaya yang menjadi pusat ilmu pengetahuan dunia.
Maka, berdasarkan ruh kebebasan akademik yang kami punya, kami berdiri di sini mengajak sivitas akademika perguruan tinggi di seluruh Tanah Air, untuk segera merapatkan barisan guna mengawal pelaksanaan Pemilu yang adil, jujur dan bermartabat dengan:
ADVERTISEMENT
1. Mengutuk segala bentuk tindakan yang menindas kebebasan berekspresi.
2. Menuntut hak pilih rakyat dalam pemilu dapat dijalankan tanpa intimidasi dan ketakutan.
3. Menuntut agar semua ASN, Pejabat Pemerintah, TNI dan Polri dibebaskan dari paksaan untuk memenangkan salah satu paslon.
4. Menyerukan agar semua perguruan tinggi di seluruh Tanah Air mengawasi dan mengawal secara ketat pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di wilayah masing-masing.
Mari kita jaga bersama demokrasi dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang kita cintai dan banggakan.
Depok, 2 Februari 2024
Sivitas akademika Universitas Indonesia