Guru di Bali Pemilik Akun 'Thirst Trap' Klaim Ide Konten Berasal dari Siswa

21 Agustus 2024 14:01 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pelecehan seksual. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pemilik akun Instagram dan TikTok yang membuat konten thirst trap siswi SMP di Bali adalah guru SMP Negeri di Tabanan, Bali, berinisial IW.
ADVERTISEMENT
IW pun mengirimkan surat ke Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan, menjelaskan soal konten tersebut dan akun media sosialnya.
Awalnya, akun medsos itu bernama "Jurnalis Spenduker", lalu diubah namanya menjadi "Nangkela". Menurut IW, akun tersebut dikelola oleh siswanya.
"Akun tidak mendapatkan reward atas konten. Adapun mendapat sponsor, saya masukkan kas jurnalis untuk perawatan peralatan, acara HUT, dan perpisahan," kata IW dalam penjelasan ke Disdik, dikutip kumparan, Rabu (21/8).
IW menyebut pembuatan akun tersebut bertujuan untuk mengembangkan kreativitas, bakat dan minat siswa. Dalam pembuatan konten, IW mengeklaim, sudah mendapatkan izin dari orang tua.
"Konten tersebut murni ide dari siswa, kita sebagai pembina hanya mengakomodir," kata IW.

Kadisdik Sesali

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan I Gusti Putu Ngurah Darma Utama di Kantor Bupati Tabanan, Rabu (21/8/2024). Foto: Denita BR Matondang/kumparan
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tabanan, I Gusti Putu Ngurah Darma Utama, menyayangkan konten-konten yang dibagikan IW berisi thirst trap.
ADVERTISEMENT
Darma menyebut hal ini akan menjadi bahan koreksi meningkatkan edukasi tentang bijak bermedia sosial dan UU ITE kepada guru dan murid di sekolah-sekolah.
"Kami menyayangkan pasti kejadian itu dan terus melakukan koreksi atas fungsi dari guru seperti apa, kegiatan sekolah seperti apa, atas cara berpakaian anak-anak seperti apa, cara menanamkan karakter anak itu seperti apa, dengan adanya medsos kita mengedepankan bijak bermedsos termasuk guru," katanya.
Thirst trap adalah konten yang diunggah ke media sosial untuk menarik perhatian dalam konotasi seksual.
Pantauan kumparan, akun Instagram yang menjadikan anak-anak siswi jadi konten tersebut telah dihapus.
Dalam konten itu sebelumnya terlihat sejumlah postingan siswi SMP bergoyang dengan pakaian sekolah atau kebaya ketat. Komentar dalam foto atau video juga sarat berbau pelecehan seksual.
ADVERTISEMENT