Gus Yaqut Sebar Permintaan Maaf Dubes Saudi ke NU di Facebook

11 Desember 2018 5:14 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:04 WIB
Duta Besar Arab Saudi, Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi di PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (13/11). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Duta Besar Arab Saudi, Osama bin Mohammed Abdullah Al Shuaibi di PP Muhammadiyah, Jakarta, Selasa (13/11). (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Beredar rekaman suara yang diatasnamakan Duta Besar Arab Saudi, Osama Muhammad Al Shuhaibi, meminta maaf kepada Nahdlatul Ulama, Senin (10/12). Rekaman berdurasi singkat tersebut disampaikan kepada putri Abdurrahman Wahid, Yenny Wahid.
ADVERTISEMENT
Adapun isi dari rekaman tersebut adalah sebagai berikut.
"Terima kasih yang sebesar-besarnya. Saya cinta rakyat Indonesia. Saya menghargai NU, Muhammadiyah, dan semua organisasi Islam. Seseorang mencoba menghancurkan hubungan baik antara saya dengan Nahdlatul Ulama. Antara saya dan rakyat Indonesia. Sampaikan salam hangat kepada saudari saya. Insyaallah saya akan kembali minggu depan untuk menyelesaikan semuanya."
Rekaman suara Osama tersebut muncul di linimasa Ketua Umum GP Ansor, Yaqut Cholil Qoumas. Dengan mengutip rekaman yang telah diimbuhi beberapa gambar, pria yang akrab disapa Gus Yaqut itu memaafkan cuitan Dubes Osama.
"Kita maafkan. Kita saling memaafkan. Ini yang diajarkan oleh agama. Ini yang diteladankan sang junjungan, Nabi Muhammad SAW Shollu'alannabiy," tulis Yaqut di akun Facebooknya.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya Osama menulis di akun Twitter pribadinya, reuni 212 merupakan reaksi keras terhadap aksi pembakaran bendera tauhid-yang diduga bendera HTI (organisasi terlarang di Indonesia-oleh kelompok sesat.
Surat dari GP Ansor untuk Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. (Foto: Dok. GP Ansor)
zoom-in-whitePerbesar
Surat dari GP Ansor untuk Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. (Foto: Dok. GP Ansor)
Ketua Umum PBNU Said Aqil menyebut pihaknya merasa dihina dengan pernyataan Osama tersebut.
"Karena ini jelas-jelas kesalahan atau tidak mengerti etika diplomasi," kata Said Aqil di kantor PBNU, Jakarta Pusat, Senin (3/12).
Pihak PBNU lebih lanjut menegaskan, masalah terkait bendera tauhid sudah selesai. Pembakar menganggap bendera tersebut adalah milik HTI. Meski, kemudian informasi menyebut itu merupakan bendera tauhid.