Hadapi 'Pemerasan' Gas oleh Rusia, Uni Eropa Beralih ke Israel

14 Juni 2022 21:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Stasiun bahan bakar perusahaan energi multinasional milik negara Rusia, Gazprom Neft. Foto: Natalia Kolesnikova/AFP
zoom-in-whitePerbesar
Stasiun bahan bakar perusahaan energi multinasional milik negara Rusia, Gazprom Neft. Foto: Natalia Kolesnikova/AFP
ADVERTISEMENT
Presiden Uni Eropa, Ursula von der Leyen, mengungkap pada Selasa (14/6/2022), pihaknya akan memperkuat kerja sama energi dengan Israel.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, Rusia menggunakan perang di Ukraina untuk memeras anggotanya. Von der Leyen membuat pernyataan itu saat berpidato di Universitas Ben Gurion di Israel.
UE lantas mengalihkan pandangan mereka menuju Israel. Sebab, Tel Aviv diperkirakan memiliki cadangan gas setidaknya satu triliun meter kubik.
"Kremlin telah menggunakan ketergantungan kami pada bahan bakar fosil Rusia untuk memeras kami," jelas von der Leyen, dikutip dari AFP, Selasa (14/6/2022).
"Sejak awal perang, Rusia dengan sengaja memutuskan pasokan gasnya ke Polandia, Bulgaria dan Finlandia, serta perusahaan-perusahaan Belanda dan Denmark, sebagai pembalasan atas dukungan kami ke Ukraina," tambah dia.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen saat menghadiri konferensi pers, di Kiev, Ukraina, Jumat (8/4/2022). Foto: Janis Laizans/REUTERS
Von der Leyen menegaskan, tindakan itu hanya akan memperkuat tekad UE. Organisasi itu telah memutuskan akan membebaskan diri dari ketergantungannya terhadap bahan bakar fosil dari Rusia.
ADVERTISEMENT
"[UE] menjajaki cara-cara untuk meningkatkan kerja sama energi kami dengan Israel," lanjut von der Leyen.
Kedua pihak tengah membangun kabel listrik bawah air dan pipa gas di Mediterania. Namun, pembicaraan perihal kerja sama itu telah berlangsung sejak Maret silam.
UE dan Israel sedang berupaya membentuk kerangka hukum yang memungkinkan ekspor gas Israel ke Eropa melalui Mesir.
Pasokan tersebut akan dibawa melintasi Mesir. Sebagian gas kemudian dicairkan dan dikirim ke Eropa.
Peningkatan signifikan dalam ekspor tersebut akan membutuhkan investasi infrastruktur jangka panjang yang signifikan.
Seorang pria berdiri di luar pabrik gas alam cair (LNG) di Korsakov, Pulau Sakhalin, Rusia pada 17 Februari 2009. Foto: Natalia Kolesnikova/AFP
Namun, keduanya memiliki alternatif lain. Mereka bisa menempuh proyek EastMed. Proposal pipa dasar laut itu menghubungkan Israel dengan Siprus dan Yunani.
Namun, pemerintahan Presiden AS Joe Biden masih mempertanyakan kelayakan proyek tersebut. Sebab, EastMed membutuhkan biaya dan waktu yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
UE dan Israel lalu mengulas usulan jalur pipa yang menghubungkan Israel ke Turki. Hubungan antara kedua negara itu telah mencair dalam beberapa bulan terakhir.
Analis menilai, keinginan Turki untuk mendapatkan proyek energi bersama telah menghubungkannya ke Israel.
Proyek pipa itu akan menelan biaya USD 1,5 miliar (Rp 22 miliar). Pembangunannya membutuhkan waktu selama dua hingga tiga tahun.
Menilik segala prospek itu, von der Leyen akan melanjutkan lawatannya. Dia akan mengadakan pembicaraan pula dengan Perdana Menteri Israel, Naftali Bennett, pada Selasa (14/6/2022). Von der Leyen kemudian akan melakukan perjalanan ke Mesir.