news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Hadi Pranoto dan Obat Herbal Anticorona yang Tuai Kritik

4 Agustus 2020 6:59 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peneliti Hadi Pranoto menunjukkan ramuan herbal untuk antibodi mencegah COVID-19, di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (3/8). Foto: Arif Firmansyah/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Peneliti Hadi Pranoto menunjukkan ramuan herbal untuk antibodi mencegah COVID-19, di Kota Bogor, Jawa Barat, Senin (3/8). Foto: Arif Firmansyah/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Hadi Pranoto menuai perhatian masyarakat karena mengklaim dirinya telah menemukan obat herbal antibodi untuk menyembuhkan pasien virus corona. Klaim ini banyak mendapatkan kritik karena perlu uji klinis sebelum obat tersebut bisa dikonsumsi oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kritik pun datang dari berbagai kalangan. Mulai dari tokoh politik, selebriti, hingga ahli kesehatan soal obat corona yang dibuat oleh tim riset Hadi Pranoto.
Hadi Pranoto bahkan dilaporkan ke Polda Metro Jaya oleh Ketua Umum Cyber Indonesia Muannas Alaidid.
Apa saja komentar mereka?

Tokoh Politik

Anggota Komisi IX Fraksi PAN Intan Fauzi mengimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya terhadap informasi terkait obat atau vaksin corona yang belum teruji klinis dan tetap mengacu pada izin edar BPOM.
"Karena memang di BPOM itu kan melalui prosedur, baik adminstrasi maupun verifikasi dan sebagainya untuk kemudian dikeluarkan izin edar itu. Jadi memang artinya tata niaga yang sudah ada di sistem di kita, itu harus jadi sandaran," kata Intan saat dihubungi, Senin (3/8).
Anggota Komisi IX DPR F-PAN Intan Fauzi. Foto: Dok. Intan Fauzi
Intan juga menyebut tak menutup kemungkinan Satgas COVID-19 dapat menghentikan peredaran obat yang diklaim Hadi Pranoto bisa menyembuhkan pasien virus corona. Karena hingga saat ini obat yang diklaim oleh Hadi tersebut belum terdaftar di BPOM.
ADVERTISEMENT
"Menurut saya sangat mungkin karena kita itu juga sudah punya institusinya kan BPOM, harus ada apakah ada izin edar dari BPOM sebetulnya sandarannya itu. Toh, vaksin yang sedang akan diuji coba saja melibatkan lembaga Eijkman, melibatkan Kemenkes, BPOM karena terkait nanti izin edar untuk di Indonesia bicara obat, makanan, minuman, kosmetik itu harus ada izin edar BPOM," ucapnya.
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) pun menyebut klaim Hadi Pranoto malah menimbulkan kegaduhan publik. Apalagi sejak akhir Januari hingga awal Agustus ini, Mafindo mencatat ada 544 hoaks COVID-19.
"Video tersebut dinilai mengandung informasi sesat oleh Kemenkes dan IDI. Namun video itu sudah ditonton oleh ratusan ribu orang dalam waktu singkat. Peristiwa ini menambah deretan informasi bohong, yang oleh WHO disebut sebagai infodemi," kata Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho dalam keterangannya.
Ketua Mafindo, Septiaji Eko Nugroho. Foto: Arfiansyah Panji Purnandaru/kumparan
Tak hanya itu, berbagai hoaks dan teori konspirasi juga sangat merugikan banyak pihak. Seperti teori konspirasi rumah sakit dan dokter menyebut pasien terinfeksi corona sebagai lahan bisnis, sehingga terjadi beberapa insiden penarikan jenazah paksa hingga intimidasi tenaga medis di beberapa daerah.
ADVERTISEMENT
“Bahkan hingga teori konspirasi terkait agama. Seperti bahwa COVID19 adalah sebuah cara untuk menghancurkan umat agama tertentu dengan membuat umatnya tidak kembali ke sekolah dan mendapatkan pendidikan agama,” ungkapnya.
Anggota Komisi Kesehatan DPR Saleh Daulay juga meminta masyarakat berhati-hati menerima atau memberikan informasi seputar virus corona. Sebab pihak yang layak menyampaikan informasi terkait obat corona adalah mereka yang memiliki latar pendidikan soal virus, sehingga informasi yang diterima masyarakat tak tumpang tindih.
"Karena ini menyangkut keahlian khusus, orang yang berbicara mestinya adalah mereka yang memiliki latar belakang pendidikan terkait virus. Kalau semua orang boleh bicara, informasinya akan simpang siur. Bahkan, antara satu dengan yang lain bisa saling tumpang tindih," kata Saleh kepada wartawan.
ADVERTISEMENT
"Jika informasi yang diberikan salah, akan banyak orang yang terkena dampaknya. Tentu itu sangat tidak baik di tengah niat baik semua orang dalam memerangi COVID-19," imbuh dia.

Ahli Kesehatan

Klaim obat herbal anticorona Hadi Pranoto juga mendapatkan kecaman dari para ahli kesehatan. IDI pun menyebut klaim Hadi Pranoto itu menyesatkan.
"Ini informasi yang menyesatkan," kata jubir IDI dr Erlina Burhan di Jakarta, Senin (3/8).
Hadi Pranoto, pamerkan ramuan herbal yang bisa sembuhkan corona. Foto: Dok. Istimewa
Erlina menjelaskan, sampai saat ini belum ada obat yang ampuh untuk penderita COVID-19. Ia pun memberikan imbauan ke masyarakat.
"Jangan langsung percaya," ungkap dia.
Latar belakang Hadi Pranoto pun juga dipertanyakan IDI. IDI akan segera menelusuri latar belakang tentang Hadi Pranoto.
"Kita coba telusuri, informasi yang benar tentang Prof Hadi dan temuannya," kata Ketua Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia dari IDI dr Abdul Halik Malik kepada kumparan.
ADVERTISEMENT
Halik menyebut polemik ini merupakan tantangan yang harus dihadapi bersama. Ia meminta agar jangan memberikan harapan berlebihan, apalagi jika informasinya belum teruji.
"Sebaiknya tidak memberi harapan yang berlebihan, apalagi informasi yang belum teruji atau terbukti. Beri kesempatan kepada otoritas yang berwenang dan pihak-pihak yang kompeten untuk menyampaikannya," ungkap Halik.
Hadi Pranoto, pamerkan ramuan herbal yang bisa sembuhkan corona. Foto: Dok. Istimewa
Sementara BPOM membantah klaim Hadi Pranoto yang obatnya telah mendapatkan izin dari BPOM. BPOM menyebut belum pernah memberikan izin terhadap obat herbal apa pun sebagai obat COVID-19, dan menegaskan obat herbal bukan sebagai penyembuh, tapi sebagai pemelihara kesehatan.
"Perlu diketahui bahwa sampai saat ini Badan POM tidak pernah memberikan persetujuan klaim khasiat obat herbal yang dapat mengobati segala jenis penyakit, termasuk infeksi virus COVID-19," kata BPOM dalam keterangannya.
ADVERTISEMENT
Keahlian Hadi Pranoto diragukan oleh banyak pihak. Ahli biologi molekuler Ahmad Utomo mengungkapkan langsung mencari informasi terkait Hadi Pranoto dan tidak menemukan satu pun literatur ilmiah yang dapat menjelaskan hasil temuannya.
“Kemarin malam saya mencari, kok enggak ketemu juga literatur dari yang dia klaim. Karena rohnya ilmuwan itu kan tulisan. Tulisan yang bisa kita kaji bersama. Kalau tulisannya enggak ada, jangankan ilmuwan, orang di pinggir jalan juga bisa mengklaim ini obat dewa. Tapi itu kan nggak etis,” kata Utomo.
Selain itu, ia juga menemukan sejumlah kejanggalan dalam antibodi COVID-19 ciptaan Pranoto. Misalnya, keterkaitan penemuan antibodi dan herbal yang kedua istilah ini diucapkan dalam wawancara Anji.
Obat Herbal Anticorona Hadi Pranoto di situs Tokopedia. Foto: Tokopedia
“Ini sedikit rumit ya. Dalam wawancara itu, istilahnya dibolak-balik. Saya sempat mikir, itu yang diklaim herbal atau antibodi, atau herbal yang menciptakan antibodi? Kalau dia bilang antibodi, tidak mungkin. Karena antibodi itu harus melewati proses yang rumit. Karena antibodi itu kan protein. Sementara kita kalau buat protein itu nggak sederhana dan harus dalam skala industri yang sangat detail prosedurnya,” ujar Utomo.
ADVERTISEMENT
Jubir Satgas COVID-19 Prof Wiku Adisasmito meminta masyarakat jangan cepat percaya pada pemberitaan yang beredar dan meminta masyarakat menelusuri latar belakangnya. Dia juga meminta agar publik figur dan tokoh masyarakat selalu berhati-hati terhadap sumber berita atau referensi sebelum menyebarkannya ke publik.
"Untuk figur publik dan tokoh masyarakat agar selalu berhati-hati terhadap sumber berita atau referensi sebelum menyebarkan pada publik. Silakan check dan re-check pada sumber yang benar dan ahlinya," tegas Wiku.
Wiku juga meminta masyarakat untuk tidak mengonsumsi obat apa pun, termasuk obat herbal, jika belum ada bukti ilmiahnya. Sebab, obat herbal yang diatur di Indonesia terdiri dari jamu, obat herbal berstandar, dan fitofarmaka. Sehingga benar-benar harus dicek apakah sudah terdaftar di BPOM.
ADVERTISEMENT
"Apabila ramuan herbal tersebut masih dalam tahap penelitian dan belum ada bukti ilmiah tentang keamanan dan efektivitasnya, maka tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat," tegasnya lagi.

Selebriti

Dari kalangan selebritis, Tompi menilai ada kemungkinan bahwa klaim yang dilakukan Hadi Pranoto benar adanya. Namun, tetap penemuan medis harus diuji kebenarannya.
"Lagi heboh banget ama berita @duniamanji wwcra profesor penemu obat covid , bukan GAK MUNGKIN loh, bs ajaa bener. Tp begini Anji, sebuah penemuan apalagi medis ya... HARUS di presentasikan dengan tata cara ilmiah, supaya teruji terukur dan bs diulang," tulis Tompi.
Sementara sutradara Joko Anwar menyoroti sejumlah pernyataan Hadi Pranoto lewat akun Twitternya.
"<<Virus yang begitu kuat dosisnya>> <<terbunuh dengan sirkulasi udara>> <<negara agraris ada panas, hujan dan sebagainya>>," tulis sutradara film Perempuan Tanah Jahanam itu.
ADVERTISEMENT
Joko Anwar pun mengingatkan agar orang-orang lebih bertanggung jawab dalam menyebarkan informasi.
"Please be responsible, people. Ini tentang nyawa banyak orang. Btw, baja meleleh di 1370 derajat Celcius," tulis Joko Anwar.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.