Haedar Nashir di Tahun Baru Islam: Jadikan Jalan Bermuhasabah demi Kemajuan Umat

7 Juli 2024 12:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat menyampaikan kotbah Idul Fitri 1445 H di Yogyakarta Rabu (10/4/2024). Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir saat menyampaikan kotbah Idul Fitri 1445 H di Yogyakarta Rabu (10/4/2024). Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyebut tahun baru Islam 1 Muharram 1446 Hijriah bisa dijadikan momentum untuk membuat kemajuan ke depan.
ADVERTISEMENT
“Semarak menyambut tahun baru hijrah dalam aktivitas di berbagai lingkup komunitas maupun melalui media sosial boleh meluas sebagai syiar keislaman. Namun niscaya disertai memupuk kesadaran baru untuk maju di segala bidang kehidupan," kata Haedar dalam siaran persnya, Minggu (7/7).
"Jadikan peringatan hijrah sebagai jalan bermuhasabah sekaligus memaknai sejarah hijrah untuk mengagendakan kemajuan umat Islam dan bangsa Indonesia,” sambungnya.
Menurut dia, umat Islam wajib bergerak maju di segala bidang. Seperti ekonomi, politik, pendidikan, iptek, hingga pengelolaan sumberdaya alam.
"Dan kualitas sumberdaya manusia yang unggul. Berakidah, beribadah, dan berakhlak justru menjadi fondasi, bingkai, dan kerangka nilai mendasar secara transformasional dalam bermuamalah dunyawiyah yang membedakan dengan pihak lain yang pandangan kehidupannya sekular, agnostik, dan ateistik,” tuturnya.
ADVERTISEMENT
Dia mengatakan, umat Islam di Indonesia juga harus mengejar ketertinggalan. “Umat Islam Indonesia masih harus mengejar kemajuan dari sejumlah ketertinggalan. Mayoritas secara jumlah tetapi masih tertinggal secara ekonomi, penguasaan iptek, pemanfaatan sumberdaya alam, dan sumberdaya insani umat. Umat Islam secara politik juga tidak sebanding posisinya dibanding kemayoritasannya,” kata dia.

Hijrah Nabi Muhammad

Pada kesempatan itu, Haedar juga menyampaikan hijrah Nabi Muhammad tahun 622 M dari Makkah ke Yasrib adalah tonggak bersejarah dilahirkannya tahun hijriyah.
“Sungguh betapa penting peristiwa hijrah. Hijrah bukan sekadar migrasi fisik. Hijrah fisik pun kala itu sangat berat karena Nabi bersama Abu Bakar berada dalam ancaman pembunuhan berencana kamu kafir Quraisy. Perjalanan darat Makkah Yasrib dengan transit di Quba beberapa hari pun sungguh melelahkan dalam lintasan waktu sangat panjang, hampir sebulan,” ungkap Haedar.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, dia mengatakan hijrah adalah tonggak baru sejarah risalah Nabi di jazirah Arab. Hijrah mengubah keadaan bangsa Arab dari kehidupan jahiliyah yang seluruh tatanan sistemnya kacau balau.
Ia menyebut, dari jazirah Arab dengan peradaban baru al-Madinah al-Munawwarah itulah umat Islam bergerak maju membangun peradaban dunia. Lahirlah era kejayaan Islam berabad-abad lamanya sebagai puncak kebudayaan Islam tertinggi di berbagai bidang kehidupan, sehingga dunia Islam menguasai ranah global dalam bingkai The Renaisance of Islam.
“Kejayaan Islam itu sangatlah monumental di kala Barat dan kawasan bangsa-bangsa lain berada jauh di belakang dunia Islam. Itulah Era Keemasan Islam dalam pancaran kosmopolitanisme Islam yang menyemesta,” ujarnya.