Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.96.1
Haedar Nashir: Pers Makin Bebas, Tetap Jauhi Hoaks dan Tak Tebar Kebencian
9 Februari 2025 22:40 WIB
ยท
waktu baca 3 menit![Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir ucapkan selamat Hari Pers Nasional (HPN) ke-79 Tahun 2025. Foto: PP Muhammadiyah](https://blue.kumparan.com/image/upload/fl_progressive,fl_lossy,c_fill,q_auto:best,w_640/v1634025439/01jknk288yh2g5km5vqqmms74b.jpg)
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengingatkan ekosistem pers saat ini semakin bebas. Meski begitu ia meminta pers untuk tetap menjunjung tinggi kebenaran.
ADVERTISEMENT
Pesan tersebut disampaikan Haedar dalam rangka memperingati Hari Pers Nasional yang jatuh pada 9 Februari 2025.
"Pers nasional saat ini diharapkan betul-betul menjalankan fungsinya secara utuh dan komprehensif bukan semata-mata fungsi kontrol sosial, tapi juga edukasi menyajikan informasi yang objektif, adil, mencerahkan dan mencerdaskan bangsa," ucap Haedar dalam keterangannya, Minggu (9/2).
"Dengan makin bebasnya ekosistem pers maka diharapkan tetap menjunjung tinggi kebenaran, kebaikan dan nilai-nilai luhur kehidupan seraya menjauhi hoaks, provokasi, menebar kebencian, dan permusuhan dan hal-hal yang meluruhkan martabat, kebaikan dan persatuan bangsa," tambahnya.
Haedar juga meminta pers tetap memegang teguh asas cover both side dalam setiap informasi yang disajikan. Sehingga masyarakat mendapatkan banyak sudut pandang terkait informasi tersebut.
ADVERTISEMENT
"Rakyat berhak untuk memilah dan memilih informasi yang disajikan secara objektif, berimbang dan demokratis. Hindari percampuradukan fakta dan opini lebih-lebih bersifat tendensius dan hanya bersandarkan pada satu sudut pandang semata," kata Haedar.
Pers, lanjut Haedar juga harus tetap bisa menjadi pilar demokrasi yang mampu menjaga demokrasi dan berperan aktif dalam proses konsolidasi demokrasi Indonesia. Namun ia mengingatkan demokrasi yang dimaksud bukanlah demokrasi liberal.
"Demokrasi yang menjadi rujukan adalah demokrasi Pancasila khususnya sila 4 kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksanaan permusyawaratan perwakilan. Bukan demokrasi liberal yang sebebas-bebasnya tanpa keterikatan pada nilai dan sistem kehidupan yang berlaku di Negara Kesatuan Republik Indonesia," tuturnya.
Haedar berharap pers menjadi media kebudayaan yang berbasis dan berorientasi pada pengembangan sistem pengetahuan kolektif manusia dalam kehidupan bersama. Pers tidak boleh dijadikan alat pragmatis untuk kepentingan politik tertentu.
ADVERTISEMENT
"Pers bukan media yang menjadi alat pragmatis semata. Apalagi menjadi alat kepentingan politik dan ekonomi yang tidak sejalan dengan kepentingan luhur kehidupan bermasyarakat berbangsa dan prikehidupan yang bersifat global atau universal," ujarnya.
Pengguna Media Sosial dan AI
Tak hanya itu, Haedar Nasir juga mengingatkan terkait penggunaan media sosial dan artificial intelligence (AI) dalam dunia pers. Ia meminta agar teknologi tersebut tidak disalahgunakan.
"Media digital dan teknologi artificial intelligence tidak disalahgunakan untuk kepentingan-kepentingan yang merugikan kepentingan umum. Termasuk untuk menebar keresahan, penipuan, pemerasan, dan merusak martabat orang lain. Kembangkan mekanisme self editing yang saksama sebelum informasi dan segala bentuk sajian diangkat ke ruang publik. Pergunakan kedua media baru tersebut untuk memajukan kehidupan dan keadaban bangsa," ujar Haedar.
ADVERTISEMENT
Meski perkembangan teknologi begitu cepat, Haedar percaya keberadaan pers tidak akan bisa digantikan oleh AI.
"Manusia dengan segala relasinya tidak dapat sepenuhnya dibentuk secara instrumental serta digantikan oleh teknologi digital artificial intelligence dan alat instrumental lainnya yang di mana kedudukan manusia itu sangat tinggi sebagai manusia fi ahsani taqwim yang melekat dengan sunnahtullah kehidupan serta menjadi khalifa di muka bumi," pungkasnya.