Haedar Nashir: Siapa pun Capres-Cawapres Terpilih, Harus Jadi Milik Rakyat

17 November 2022 3:24 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, di Museum Muhammadiyah.  Foto: Dok. PP Muhammadiyah
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, di Museum Muhammadiyah. Foto: Dok. PP Muhammadiyah
ADVERTISEMENT
Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir bicara jelang Pemilu 2024. Ia berharap Pemilu 2024 bukan hanya dimaknai sebagai kontestasi politik.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, setelah reformasi, Indonesia harus menempatkan diri dalam proses transformasi kebangsaan.
Selain itu, Haedar mengingatkan, siapa pun yang nanti menjadi calon presiden maupun wakil presiden termasuk calon anggota legislatif di tingkat nasional maupun daerah, hingga kelembagaan harus membuka lembaran konstitusi dan sejarah bangsa.
“Para calon ini harus memahami betul bahwa Indonesia bukan hanya soal kemenangan politik, tetapi nilai dan cita-cita kebangsaan yang telah diletakkan sejak awal oleh para pendiri bangsa ini,” kata Haedar dalam Jumpa Pers Muktamar 48 Muhammadiyah-‘Aisyiyah di kantor PP Muhammadiyah (16/11).
Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir. Foto: muhammadiyah.or.id
Haedar memastikan, Muhammadiyah akan menawarkan visi karakter bangsa, konsep Indonesia berkemajuan, dan dokumen Negara Pancasila Darul ‘Ahdi wa Syahadah sebagai perspektif bagi para calon.
Haedar menekankan, perspektif ini penting untuk mencegah terjadinya disorientasi politik yang ingin meraih kekuasaan tetapi lupa pada pondasi kehidupan berbangsa.
ADVERTISEMENT
Terkait kepemimpinan Indonesia ke depan, Haedar menyebut harus ada perpaduan antara kepemimpinan transformasional yang mengagendakan perubahan dengan kepemimpinan yang bersifat nilai, bukan berdasar kharisma semata.
“Siapa pun yang terpilih nanti, setelah jadi presiden maupun jadi anggota legislatif, semua harus milik rakyat, itulah pemimpin yang berkeadilan sosial,” ucap Haedar.
Menurutnya, kepemimpinan berbasis primordialisme hanya akan menghasilkan kepemimpinan perkauman, bukan kepemimpinan kenegarawanan.